Di Balik Lonjakan Krom Bank di 2024: Cerita tentang Strategi, Risiko, dan Ketahanan

Presiden Direktur Krom Bank (BBSI), Anton Hermawan. Foto Krom Bank
Presiden Direktur Krom Bank (BBSI), Anton Hermawan. (Foto: Krom Bank)

Tahun 2024 menjadi tahun pembuktian bagi PT Krom Bank Indonesia Tbk (BBSI). Di tengah derasnya arus transformasi digital di sektor perbankan, Krom tampil sebagai salah satu pemain yang tak hanya mampu bertahan, tapi juga mencatat pertumbuhan luar biasa.

Strategi ekspansi agresif berbasis teknologi, dipadu dengan manajemen risiko yang disiplin, menjadi fondasi utama keberhasilan mereka.

Pendapatan bunga bersih Krom naik drastis sebesar 125%, dari Rp429 miliar pada 2023 menjadi Rp965 miliar. Lonjakan ini sejalan dengan peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh lebih dari dua kali lipat. Kredit yang disalurkan mencapai Rp4,25 triliun, naik signifikan dari Rp1,83 triliun pada tahun sebelumnya.

Pertumbuhan ini bukan tanpa alasan. Krom secara konsisten memperkuat kemampuan digitalnya untuk menjangkau segmen yang lebih luas. Salah satu indikator yang mencolok adalah pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK), yang melonjak hampir sembilan kali lipat menjadi Rp3,16 triliun dari sebelumnya Rp348 miliar. Lonjakan ini sebagian besar berasal dari simpanan berbasis tabungan dan deposito yang dikelola secara digital.

Tak hanya tumbuh pesat, Krom juga mampu menjaga kualitas asetnya. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross tercatat sebesar 3,12%, sebuah pencapaian yang mencerminkan penerapan manajemen risiko yang cermat di tengah laju ekspansi. Untuk mengantisipasi potensi risiko ke depan, Krom memperkuat rasio pencadangan dari 4,67% menjadi 6,46%.

Di saat banyak bank menghadapi tantangan efisiensi, Krom justru unggul di aspek ini. Rasio cost to income (CIR) yang hanya 18,07% menunjukkan betapa ramping dan efisiennya model bisnis yang mereka terapkan.

Bahkan net interest margin (NIM) yang tinggi, mencapai 20,01%, menjadi bukti kuat dari efektivitas strategi intermediasi yang dijalankan.

Lebih jauh, Krom juga menunjukkan struktur keuangan yang sangat kokoh. Rasio kecukupan modal (KPMM) berada di level 82,63%, jauh di atas ketentuan minimum regulator. Ini menandakan bahwa bank ini memiliki amunisi cukup untuk terus tumbuh secara berkelanjutan, bahkan dalam skenario ekonomi yang menantang sekalipun.

Di tengah semua capaian itu, Krom tetap mampu mencatatkan laba bersih sebesar Rp124 miliar. Meski relatif stabil dibanding tahun sebelumnya, pencapaian ini menunjukkan keseimbangan yang baik antara ekspansi dan pengelolaan risiko.

“Kinerja kami di tahun 2024 ini mencerminkan langkah Krom yang semakin kokoh sebagai bank digital yang agile dengan skalabilitas tinggi. Pencapaian ini merupakan hasil dari strategi bisnis yang solid dan prudent dalam menghadirkan solusi keuangan yang tidak hanya digital-friendly, tetapi juga menjawab kebutuhan nyata para nasabah,” kata Presiden Direktur Krom Bank, Anton Hermawan pada keterangannya di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Di tahun yang sama, Krom menghadirkan layanan QRIS dan BI Fast—dua inovasi penting yang memperluas akses dan konektivitas layanan keuangan berbasis digital. Tak berhenti di situ, mereka juga menyiapkan langkah-langkah lanjutan untuk memperluas jangkauan nasabah dan memperdalam relevansi layanan finansial.

“Kami siap terus berekspansi, menghadirkan inovasi progresif, dan memperkuat konektivitas digital guna mewujudkan visi perusahaan, sekaligus memperkokoh posisi Krom sebagai platform keuangan digital terpercaya yang menghubungkan nasabah dengan solusi finansial yang seamless, relevan, dan bernilai tambah,” tutup Anton.

Namun di balik angka-angka mengesankan itu, tantangan tetap terbentang. Dengan rasio NPL di atas 3%, tekanan kualitas aset bisa menjadi perhatian serius jika pertumbuhan kredit tak dibarengi peningkatan kemampuan bayar debitur. Laju pertumbuhan DPK yang spektakuler pun perlu dicermati: apakah dana tersebut cukup stabil untuk menopang ekspansi jangka panjang, atau justru bersifat sementara?

Sebagai bank digital yang mengandalkan teknologi dan efisiensi, Krom kini berada di persimpangan penting. Keberhasilan mereka bukan hanya soal membukukan pertumbuhan tinggi, tetapi juga membuktikan bahwa model bisnis digital mampu menciptakan hubungan jangka panjang dengan nasabah—bukan sekadar menarik mereka lewat promosi dan kemudahan aplikasi.

Pertanyaannya kini: apakah Krom bisa menjaga momentum dan kepercayaan pasar ketika kompetisi kian ketat dan loyalitas nasabah semakin cair? (*)

# Tag