IHSG Berpotensi Terkoreksi Oleh Sentimen Global
Menyusul penguatan signifikan sebelumnya, indeks Dow Jones dan S&P500 melemah signifikan kemarin, masing-masing sebesar 2,5% dan 3,5% menjadi 39.593,7 dan 5.268,1. Pasar khawatir bahwa meskipun ada jeda singkat pada beberapa bea masuk, aktivitas ekonomi akan melambat karena Trump menargetkan China dengan tarif yang jauh lebih tinggi.
Pemerintah AS mengkonfirmasi kemarin bahwa tarif secara kumulatif terhadap impor barang-barang Tiongkok akan mencapai 145%, yang terdiri atas bea masuk sebesar 125% dan ditambah 20% yang dikenakan sebagai respon terhadap krisis fentanyl. Perkembangan konflik dagang dengan Tiongkok tersebut memperbesar kemungkinan terjadinya resesi di AS.
Pelemahan signifikan di bursa saham AS tadi malam berpotensi untuk berdampak kepada pasar saham di Indonesia pada hari ini, apalagi dengan kenaikan IHSG yang cukup signifikan kemarin sebesar 4,8%. Dalam 3 hari perdagangan setelah libur Lebaran terjadi foreign capital outflow cukup besar, secara kumulatif mencapai Rp5,7 triliun.
“Rupiah masih stabil kemarin pada posisi 16.800 dengan karena diterapkannya kebijakan stabilisasi nilai tukar oleh BI. Secara bersamaan, imbal hasil SBN tenor 10 tahun kemarin stabil pada posisi ke 7,03%. Hari ini terjadi potensi tekanan juga ke Rupiah dan SBN, namun masih akan tetap ditahan oleh BI melalui intervensi,” kata Tim Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Jumat (11/4/2025). (*)