Arab Saudi dan Indonesia Perkuat Hubungan di Industri Pertambangan dan Mineral
Kerajaan Arab Saudi (KSA) dan Indonesia meningkatkan kerja sama strategis di bidang industri pertambangan dan mineral. Kerja sama ini terjalin usai Menteri Perindustrian dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi Bandar Al-Khorayef mengunjungi Indonesia beberapa hari kemarin.
Kunjungan tersebut bertujuan untuk mendorong kepentingan investasi utama Kerajaan Arab Saudi melalui Manara Minerals, sebuah usaha patungan antara Perusahaan Pertambangan Arab Saudi (Ma’aden) dan Public Investment Fund (PIF). KSA berambisi membangun sektor pertambangan yang kompetitif secara global sesuai dengan Visi 2030.
Melalui Manara Minerals, Kerajaan Arab Saudi mempercepat investasi internasional di sektor pertambangan untuk mengamankan pasokan mineral penting yang dibutuhkan dalam negeri. Kerajaan Arab Saudi kini tengah muncul sebagai pusat pertambangan global, didukung oleh cadangan mineral yang belum tergarap senilai sekitar US$2,5 triliun.
Dengan pengembangan sektor pertambangan yang diidentifikasi sebagai pilar ketiga ekonomi nasional, KSA secara aktif memanfaatkan kemitraan strategis internasional – seperti dengan Indonesia – untuk mengamankan bahan baku penting, menarik teknologi hilir, dan memperkuat rantai pasok global.
Demikian pula, cadangan nikel dan mineral penting lainnya yang melimpah di Indonesia merupakan peluang besar untuk investasi jangka panjang, pertukaran teknologi, dan integrasi rantai nilai.
Dengan meningkatnya permintaan global terhadap mineral penting, terutama logam baterai seperti nikel, Indonesia telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin global di sektor pertambangan.
Pada akhir 2022, Indonesia membatasi ekspor bijih nikel dan memilih untuk memprosesnya di dalam negeri. Namun, cadangan Indonesia, ditambah dengan insentif pemerintah dan kebijakan industri yang mendukung, menjadikan negara ini mitra kunci bagi Kerajaan Arab Saudi dalam mencapai target iklim global.
Bandar Al-Khorayef menyoroti keselarasan antara Visi 2030 Arab Saudi dan peta jalan pertambangan Indonesia, yang sama-sama fokus pada diversifikasi ekonomi, pengembangan industri hilir, dan upaya keberlanjutan sesuai standar global.
Indonesia telah memperkenalkan berbagai insentif dan reformasi regulasi untuk menarik investor asing ke sektor pertambangannya, termasuk perizinan yang disederhanakan, insentif pajak, dan kewajiban pemrosesan dalam negeri yang mendorong penciptaan nilai jangka panjang. Langkah-langkah ini mencerminkan tren kawasan yang lebih luas, mencerminkan kerangka kerja yang berhasil diterapkan di Arab Saudi.
Transformasi Kerajaan Arab Saudi sendiri telah diakui secara internasional. Menurut World Risk Report 2023, Arab Saudi termasuk dalam sepuluh yurisdiksi teratas di dunia dengan risiko hukum dan keuangan terendah bagi investor pertambangan – hasil dari reformasi besar sejak 2018.
Reformasi yang sukses ini kini digunakan sebagai blueprint bagi pasar negara berkembang, karena pemerintah di seluruh dunia berupaya membangun kepercayaan investor dan mengembangkan kekayaan mineral secara berkelanjutan dan inklusif.
“Pertemuan di Indonesia menjadi kesempatan bagi Yang Mulia untuk menyampaikan pendekatan Kerajaan Arab Saudi terhadap prioritas pertambangan dan mengundang Indonesia untuk hadir dalam Forum Mineral Masa Depan ke-5 pada Januari 2026. Indonesia sudah menjadi anggota yang dihargai dalam keluarga FMF, yang mencakup negara-negara di Afrika, Asia Tengah, dan kawasan Timur Tengah yang lebih luas,” tulis rilis resmi KSA yang diterima swa.co.id, Kamis (17/4/2025).
Inisiatif ini bertujuan untuk mempercepat eksplorasi wilayah baru (greenfield exploration), membuka potensi kekayaan mineral Kerajaan Arab Saudi senilai US$2,5 triliun, dan mendukung pengembangan rantai pasok mineral yang berkelanjutan dan bernilai tambah.
Dalam Forum Mineral Masa Depan terakhir pada Januari, Kerajaan Arab Saudi mengumumkan putaran kesembilan peluang eksplorasi di tiga sabuk mineral utama yang mencakup wilayah seluas 24.946 km2, sebagai bagian dari rencana yang lebih besar untuk menawarkan lisensi eksplorasi di lebih dari 50.000 km2 pada tahun 2025.
Dalam pertemuan di Indonesia, KSA juga mengundang investor Indonesia untuk berpartisipasi dalam putaran kesembilan lisensi eksplorasi di Kerajaan Arab Saudi untuk memperdalam kemitraan internasional di sektor mineral dan pertambangan. Sabuk mineral yang ditargetkan – terletak di wilayah Madinah dan Riyadh – mengandung mineral utama seperti emas, tembaga, perak, seng, dan nikel.
Perusahaan Indonesia didorong untuk memanfaatkan berbagai insentif investasi yang kuat, termasuk pendanaan hingga 75% dari biaya modal melalui Dana Pengembangan Industri Kerajaan Arab Saudi, hak kepemilikan asing penuh, serta akses terhadap data geologi terperinci melalui platform Taade’en.
Dengan Manara Minerals sebagai ujung tombak strategi investasi luar negeri Kerajaan Arab Saudi, kemitraan masa depan dengan mitra Indonesia akan dibangun tidak hanya berdasarkan potensi komersial, tetapi juga komitmen bersama terhadap pengelolaan lingkungan dan pembangunan sosial ekonomi. (*)