UPTD Ndalem Kulit Jogya, Sentra IKM Kulit Berpotensi Besar
Di tengah geliat pertumbuhan industri kreatif, Pemerintah terus mencari titik-titik tumpu baru untuk mendorong kemandirian ekonomi berbasis lokal. Salah satunya adalah di Manding, sebuah kawasan di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang sejak lama dikenal sebagai sentra kerajinan kulit.
Di sana, Kementerian Perindustrian bersama Pemerintah Daerah DIY mengembangkan UPTD Ndalem Kulit Jogja (NKJ), sebuah pusat pengembangan yang diarahkan menjadi katalisator bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM) kulit dan produk turunannya.
Langkah ini bukan sekadar revitalisasi fisik sentra industri, melainkan bagian dari strategi besar membangun kembali ekosistem industri nasional dari hulu ke hilir. Potensi Manding tidak hanya terletak pada sejarah panjang kerajinannya, tapi juga pada keterampilan para perajin yang diwariskan secara turun-temurun.
Melalui pendekatan yang lebih terstruktur dan modern, kawasan ini diarahkan menjadi pusat keunggulan yang mampu memproduksi barang kulit berkualitas tinggi, baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menyebut bahwa program pengembangan sentra IKM seperti Manding dapat memberikan efek berlipat bagi penguatan ekosistem industri secara keseluruhan.
“Antara lain melalui hilirisasi sumber daya bahan baku lokal menjadi produk berkualitas, maupun pengembangan potensi komunitas IKM di wilayah tertentu,” ujarnya dalam siaran pers, Minggu (20/4/2025).
Salah satu pendekatan yang digunakan adalah memanfaatkan skema pembiayaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Bidang IKM. Melalui skema ini, pemerintah berupaya mengintervensi secara langsung infrastruktur dan fasilitas pendukung IKM agar mampu bersaing, tidak hanya dalam hal kualitas produk, tapi juga daya saing harga dan konsistensi suplai.
“Salah satu upaya yang telah dilakukan untuk mendorong pengembangan sentra IKM adalah melalui pemanfaatan skema pembiayaan DAK Fisik Bidang IKM,” kata Reni.
Langkah tersebut sejalan dengan kinerja ekspor nasional yang menunjukkan tren positif. Pada 2024, ekspor kulit dan produk kulit Indonesia tercatat mencapai USD4,6 miliar, meningkat sekitar 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Dari angka tersebut, produk alas kaki mendominasi dengan nilai ekspor sebesar USD3,1 miliar atau 69 persen dari total ekspor. Diikuti oleh produk tas dan barang sejenis berbahan kulit yang menyumbang USD1,1 miliar atau sekitar 25,6 persen. (*)