Jumat Agung, Bursa Saham Asia Hijau Segar

Jumat Agung, Bursa Saham Asia Hijau Segar
Ilustrasi pergerakan pasar saham. Foto energepic/Pexels

Langit cerah menyelimuti bursa-bursa utama Asia pada perdagangan Jumat (18/4/2025).

Di tengah suasana libur Jumat Agung yang membuat sebagian besar pasar regional tutup, sejumlah indeks utama tetap menunjukkan penguatan yang mengesankan.

Indeks Nikkei 225 Jepang naik 1,03%, disusul CSI300 China yang naik tipis 0,01%, Taiex Taiwan naik 0,29%, Kospi Korea Selatan naik 0,53%, Kosdaq menguat 0,85%, dan FTSE Malaysia mencatat kenaikan 1,09%.

Kenaikan ini memberi sedikit napas segar bagi investor setelah pekan-pekan sebelumnya pasar regional dihantui ketidakpastian dari dinamika dagang global.

Namun, euforia itu belum sepenuhnya bebas dari bayang-bayang kehati-hatian. Perdagangan di Asia masih dibayangi sikap wait and see investor terhadap perkembangan terbaru dari negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan mitra-mitranya. Terutama menyangkut kelanjutan tarif tinggi yang dikenal sebagai "Tarif Trump" yang kini kembali menjadi topik hangat.

Kekhawatiran ini semakin dalam ketika pemerintah China mengisyaratkan bahwa mereka memiliki sejumlah syarat sebelum menyetujui dimulainya kembali negosiasi dengan pemerintahan Donald Trump.

Hal ini memunculkan spekulasi pasar mengenai bagaimana bentuk kompromi akan tercapai, dan apa dampaknya terhadap aliran perdagangan global, terutama di kawasan Asia-Pasifik.

Sementara itu, di Jepang, sinyal kebijakan moneter kembali menjadi sorotan setelah data inflasi terbaru mendukung langkah bank sentral untuk melakukan normalisasi suku bunga secara perlahan.

Inflasi konsumen Jepang pada Maret 2025 tercatat naik 3,2% — tidak termasuk makanan segar — nyaris setara dengan angka 3% pada bulan sebelumnya. Angka ini cukup untuk mempertahankan keyakinan bahwa tren inflasi masih solid, meski tidak terlalu memaksa bank sentral untuk melakukan pengetatan agresif.

Dengan kombinasi ketegangan geopolitik dan ketidakpastian arah suku bunga, para pelaku pasar tetap waspada. Meskipun pasar terlihat menghijau, sentimen investor masih rapuh, mudah bergeser mengikuti pernyataan atau sinyal kebijakan dari negara-negara kunci.

Dalam kondisi seperti ini, penguatan pasar Asia lebih mencerminkan harapan jangka pendek ketimbang keyakinan jangka panjang, sebuah cerminan bahwa arah ekonomi global masih bergantung pada diplomasi dagang yang belum juga menemukan titik temu. (*)

# Tag