Isuzu Bentuk Generasi Perempuan Tangguh di Industri Otomotif
Di tengah dominasi laki-laki di industri otomotif, PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) menegaskan komitmennya menciptakan ekosistem kerja inklusif bagi perempuan.
Menyambut Hari Kartini 2025, perusahaan ini tak sekadar merayakan emansipasi, tetapi membuktikan bahwa perempuan mampu berperan strategis bahkan di sektor yang sarat stigma maskulin.
Berdasarkan data internal IAMI, 35% posisi strategis di perusahaan kini diisi perempuan—angka yang terus meningkat sejak 2020. Rian Erlangga, Division Head of Business Strategy PT IAMI, menegaskan bahwa kesetaraan gender bukan sekadar jargon.
“Semangat Kartini kami terjemahkan lewat aksi nyata. Di IAMI, perempuan diberi ruang untuk memimpin, berinovasi, dan tumbuh tanpa batasan stereotip,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (21/4/2025)
Komitmen ini selaras dengan Triple P Strategy Astra (Portfolio, People, Public Contribution), khususnya aspek People yang menekankan keberagaman dan inklusi.
“Kami tak hanya fokus pada kualifikasi teknis, tapi juga membangun budaya kerja yang menghargai perbedaan. Di sini, kompetensi berbicara, bukan gender,” tambah Rian.
Sebagai contoh, Vonie Kurniawaty, Division Head of Finance and IT PT IAMI, telah membuktikan diri selama 20 tahun berkarier di industri ini. “Awal bergabung, saya sering diragukan karena lingkungan yang didominasi laki-laki. Tapi IAMI memberikan kepercayaan penuh. Kuncinya? Tunjukkan hasil konkret, bukan sekadar gelar,” ujar Vonie, yang pernah memimpin tim beranggotakan 80% pria dan meraih penghargaan inovasi internal berkat kolaborasi terbuka.
Tak hanya Vonie, Yugo Lestari, Vehicle Part Cost Analyst PT IAMI, juga menjadi bukti nyata kesetaraan di perusahaan. Selama 25 tahun, perempuan ini menganalisis biaya komponen kendaraan — bidang teknis yang kerap dianggap domain pria. “Perspektif perempuan dalam analisis detail justru membawa solusi unik,” ujarnya.
Untuk memperkuat budaya inklusi, IAMI meluncurkan kampanye Kita Perempuan, Kita Bisa & Berkarya dengan program seperti pelatihan kepemimpinan (70% pesertanya perempuan), mentorship lintas divisi, serta kebijakan ramah keluarga seperti cuti melahirkan 6 bulan dan ruang laktasi. “Kami ingin perempuan tak lagi merasa harus memilih antara karir atau keluarga. Di sini, mereka bisa meraih keduanya,” ujar Rian.
Menurut roadmap perusahaan, IAMI menargetkan 40% posisi manajerial diisi perempuan pada 2030. Langkah strategis seperti rekrutmen blind CV (tanpa mencantumkan gender) dan kolaborasi dengan universitas teknik untuk menarik talenta perempuan terus digencarkan.
“Kartini masa kini tak hanya berani bermimpi, tapi juga berhak mewujudkannya. Tantangan? Ubah menjadi peluang. Stereotip? Jadikan motivasi,” tutup Vonie.
PT IAMI saat ini memiliki 1.200 karyawan perempuan (32% dari total karyawan), dengan 28% menduduki posisi manajerial. Program Women in Automotive Leadership IAMI meraih penghargaan Best Gender Equality Initiative dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan 2024. (*)