Pabrik Baru Rampung, Proline Optimistis Dapat Mengurangi Ketergantungan Impor Alkes

null
(Kiri-Kanan) Komisaris Utama Proline Andi Widjaja, Dirjen Alkes & Kefarmasian Kemenkes Lucia Rizka Andalusia, Direktur Proline Cristina Sandjaja dan CEO DiaSys Diagnostic System GmbH Gunther Gorka berbincang usai meresmikan pabrik kedua Proline di Jababeka III. (Foto: Ubaidillah/SWA)

Menyambut dorongan besar pemerintah untuk memperkuat ketahanan sistem kesehatan nasional, langkah nyata dilakukan PT Prodia Diagnostic Line (Proline).

Perusahaan afiliasi dari PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) ini meresmikan fasilitas produksi barunya di Kawasan Industri Jababeka III, Cikarang, pada Jumat (25/4/2025). Fasilitas ini dirancang bukan sekadar untuk meningkatkan kapasitas, tetapi juga sebagai bagian dari kontribusi Proline terhadap pengurangan ketergantungan pada impor alat kesehatan (alkes).

Langkah ini menjadi perluasan strategis dari pabrik pertama mereka yang juga berada di kawasan Jababeka. Selama 15 tahun beroperasi, Proline telah memproduksi berbagai produk reagen kimia rutin yang digunakan di ribuan fasilitas layanan kesehatan di Indonesia. Pada 2023 lalu, portofolio produk diperluas dengan penambahan reagen hematologi untuk berbagai instrumen diagnostik yang lazim digunakan di dalam negeri.

Founder & Komisaris Utama Proline, Andi Widjaja mengatakan fasilitas produksi baru ini merupakan salah satu ide untuk semakin mendorong kemandirian produksi alkes dan reagen buatan dalam negeri. Dengan diresmikannya fasilitas produksi baru ini, Proline optimis dapat berkontribusi terhadap permintaan alkes dan reagen yang terus meningkat setiap tahun.

“Harapannya rantai pasokan fasilitas kesehatan akan kebutuhan alkes dari dalam negeri tetap dapat terjaga. Di sisi lain, Proline juga siap berkontribusi mengamankan jumlah produksinya untuk mendukung program pemeriksaan kesehatan gratis dari pemerintah yang membutuhkan alkes dan reagen dalam jumlah banyak,” jelas Andi.

Direktur Proline, Cristina Sandjaja menambahkan, dengan hadirnya fasilitas ini, kapasitas produksi perusahaan akan meningkat signifikan di berbagai lini, termasuk Kimia Klinik, Hematologi, Rapid Test, dan Instrumen Diagnostik. Produk-produk ini saat ini telah digunakan oleh lebih dari 7.000 fasilitas kesehatan — baik pemerintah maupun swasta — di seluruh Indonesia, mulai dari puskesmas hingga rumah sakit dan klinik.

Fasilitas produksi baru ini mampu mendongkrak peningkatan produksi berbagai lini, seperti pada produk Kimia Klinik yang naik 3 kali lipat menjadi 960.000 kit per tahun, Rapid Test meningkat 4,5 kali lipat menjadi 22,5 juta tes, dan instrumen naik 4 kali lipat menjadi 4.000 unit per tahun, serta penambahan fasilitas baru untuk biomolekuler dengan kapasitas hingga 5 juta tes per tahun.

“Kami terus memperkuat komitmen untuk menghadirkan produk berkualitas tinggi buatan lokal yang mampu menjangkau lebih banyak fasilitas kesehatan.Target jangka panjangnya adalah memenuhi kebutuhan seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia serta memperluas penetrasi pasar ekspor hingga 20% lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya,” ujarnya.

Dengan ekspansi ini, Proline semakin memantapkan posisinya dalam industri in-vitro diagnostics (IVD) lokal, sebuah sektor yang selama ini bergantung pada produk impor.

Selama 15 tahun beroperasi, Proline berfokus pada pemenuhan kebutuhan produk-produk diagnostik untuk layanan kesehatan di Indonesia. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Proline, yaitu menjadi produsen IVD terdepan di Indonesia dan memiliki misi untuk memenuhi kebutuhan nasional dan regional akan produk IVD yang bermutu. (*)

# Tag