Inisiatif ITSEC Mendorong Adopsi Cybersecurity di Berbagai Sektor Industri

(ki-ka) Eko Prasudi Widianto,Direktur ITSEC dan Joseph Edi Hut Lumban Gaol, Presiden Direktur ITSEC. (foto: Jeihan Kahfi)
(ki-ka) Eko Prasudi Widianto, Direktur ITSEC dan Joseph Edi Hut Lumban Gaol, Presiden Direktur ITSEC. (Foto: Jeihan Kahfi)

Di tengah pesatnya transformasi digital, masih terdapat disparitas yang cukup nyata terhadap kesadaran cybersecurity di berbagai industri di Indonesia. Sektor-sektor dengan push factor yang lebih tinggi, seperti keuangan dan telekomunikasi, menunjukkan kecepatan adopsi yang lebih baik terhadap praktik keamanan siber.

Sebaliknya, meskipun sektor lainnya telah memiliki tingkat awareness yang cukup, tantangan terbesar muncul pada tahap acceptance dan adoption, di mana faktor anggaran menjadi perhatian utama.

Perjalanan untuk membangun kesadaran dan adopsi cybersecurity secara merata dinilai masih panjang. Melihat tantangan ini, PT ITSEC Asia Tbk berupaya keras untuk mendorong kesadaran di tingkat publik, dengan tujuan membangun konsensus industri secara lebih luas.

“Dalam praktiknya, cybersecurity bukan semata-mata tentang pembelian teknologi. Yang paling mendasar adalah membangun policy , process dan people yang kuat. Tanpa fondasi ini, investasi teknologi secanggih apa pun tidak akan efektif melindungi organisasi dari ancaman siber,” jelas Presiden Direktur PT ITSEC Asia Tbk, Joseph Edi Hut Lumban Gaol saat konferensi pers mengenai ITSEC: Cybersecurity Summit 2025 di Jakarta, (28/4).

Saat ini, penerapan cybersecurity lebih banyak dijumpai di perusahaan-perusahaan besar (large enterprise) yang memiliki kesiapan anggaran lebih kuat. Kondisi ini memperlebar kesenjangan dengan sektor menengah dan kecil (middle to low enterprise), yang justru memiliki jumlah paling besar di Indonesia.

Berdasarkan laporan Statista, pada tahun 2025, proyeksi pendapatan di pasar keamanan siber di Indonesia diperkirakan mencapai US$2,71 miliar. Tetapi ketika berbicara tentang nilai belanja cybersecurity nasional, kontribusi terbesar tetap berasal dari kalangan perusahaan besar.

Untuk menjembatani kesenjangan ini, ITSEC telah meluncurkan proprietary software yang dirancang khusus untuk membantu middle to low enterprise. Solusi ini memungkinkan organisasi dengan keterbatasan anggaran untuk tetap dapat memonitor dan mengantisipasi serangan siber sebelum terjadi.

Selain terjangkau, produk ini juga telah digunakan oleh berbagai organisasi di berbagai kawasan dunia, termasuk Afrika, India, Timur Tengah, dan segera akan diperkenalkan di pasar Amerika Selatan serta Jepang.

Menurut Eko Prasudi Widianto, Direktur PT ITSEC Asia Tbk, dalam beberapa segmen industri tertentu, tingkat kematangan cybersecurity sudah sangat tinggi. Namun, sebagian besar industri di Indonesia masih berada di tingkat menengah ke bawah. Perlu ada upaya untuk meningkatkan maturity level di seluruh sektor industri.

“ITSEC aktif bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah hingga komunitas-komunitas, untuk terus mendorong kesadaran akan pentingnya cybersecurity. Melalui pendekatan kolaboratif ini, diharapkan maturity level siber nasional Indonesia semakin membaik, sehingga kita tidak menjadi target empuk bagi serangan siber global,” kata Eko.

Dengan lebih dari 350 tenaga ahli yang tersebar di Indonesia, Singapura, Australia, Mauritius, dan Dubai, ITSEC Asia menyediakan solusi keamanan siber end-to-end mulai dari layanan konsultasi strategis, integrasi solusi teknologi, hingga layanan keamanan terkelola.

Gelar Forum Keamanan Siber Berskala Internasional

Dalam rangka memperingati 15 tahun kiprahnya di industri keamanan siber, ITSEC Asia akan menghadirkan ITSEC: Cybersecurity Summit 2025, sebuah konferensi berskala internasional yang akan digelar pada 26–28 Agustus 2025 di The Ritz-Carlton Jakarta, Pacific Place. Mengusung tema “The Largest Critical Infrastructure Cybersecurity Event in Southeast Asia,” acara ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat ekosistem keamanan digital nasional melalui kolaborasi lintas sektor.

ITSEC Summit tahun ini akan menghadirkan pembicara ahli dari dalam dan luar negeri, termasuk pakar dari sektor pemerintahan, industri kesehatan, keuangan, teknologi, dan akademisi. Para pembicara ini akan berbagi wawasan seputar ancaman siber terbaru, strategi mitigasi, serta best practice global dalam pengelolaan risiko digital.

“Summit ini kami hadirkan sebagai platform terbuka untuk mempercepat kolaborasi, mendorong inovasi, dan membentuk masa depan digital Indonesia yang lebih resilien,” ungkap Joseph. (*)

# Tag