Lewat Berikanesia Lestari: GoTo Impact Foundation Ubah Limbah Ikan Jadi Sumber Pendapatan Warga Belitung
Pulau Belitung, yang dulu dikenal karena tambangnya, membuka lembaran baru lewat inisiatif ekonomi biru.
GoTo Impact Foundation (GIF), bersama para changemakers, pemangku kepentingan, dan masyarakat setempat, menghadirkan program "Berikanesia Lestari", sebuah gerakan berbasis inovasi sosial untuk memperkuat ketahanan pangan, memperbaiki status gizi masyarakat, dan membuka peluang usaha baru dari potensi lokal.
Program ini bukan sekadar inisiatif lingkungan, melainkan juga strategi pembangunan ekonomi yang berpihak pada masyarakat. Dengan fokus pada pengolahan limbah ikan, penyediaan pakan murah, hingga pemberdayaan UMKM di bidang perikanan, Berikanesia Lestari bertujuan menghadirkan dampak nyata yang terukur. Tak tanggung-tanggung, inisiatif ini menargetkan peningkatan pendapatan masyarakat hingga 25 persen.
Muhammad Farhan Yusron, perwakilan Konsorsium Berikanesia Lestari, menyampaikan bahwa program ini menyasar tiga wilayah di Pulau Belitung: Air Seruk, Tanjung Binga, dan Tanjung Pandan.
Di wilayah-wilayah tersebut, masyarakat menjadi aktor utama dalam upaya transisi menuju ekonomi yang lebih berkelanjutan.
“Sebanyak 123 masyarakat yang mendapat pelatihan diharapkan mampu meningkatkan pendapatan mereka sebesar 15–25% di atas Upah Minimum Daerah, sekaligus memperbaiki status gizi balita hingga 30%,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (30/4/2025).
Empat strategi menjadi fondasi utama program ini. Pertama, mengolah limbah ikan menjadi pelet berkualitas tinggi dan terjangkau. Pengolahannya dilakukan dengan mesin yang memenuhi standar kebersihan dan telah melewati uji proksimat. Inisiatif ini sekaligus menjawab tantangan biaya pakan dalam budidaya ikan yang kerap menjadi kendala utama pelaku usaha kecil.
Strategi kedua menyasar pemanfaatan lahan bekas tambang yang selama ini menjadi simbol kerusakan lingkungan. Lahan-lahan itu kini disulap menjadi kawasan budidaya ikan air tawar bernutrisi. Langkah ini tak hanya memperluas ruang hidup baru bagi ekosistem air tawar, tetapi juga membuka lapangan kerja dan sumber pangan lokal.
Ketiga, program ini mendorong lahirnya pelaku usaha perikanan skala mikro dan kecil. Melalui pelatihan dan pendampingan intensif, UMKM dilatih mengolah hasil budidaya menjadi produk bernilai tambah dan memasarkannya secara efektif. Dengan pendekatan ini, ekosistem ekonomi lokal dibangun dari bawah, langsung menyentuh kebutuhan dan potensi masyarakat.
Keempat, Berikanesia Lestari menyasar perbaikan status gizi masyarakat dengan pendekatan edukasi dan intervensi langsung. Ibu-ibu balita dan kader kesehatan masyarakat dibekali pengetahuan gizi, diberikan akses makanan tinggi protein dari hasil budidaya ikan, serta dimonitor secara berkala melalui indikator berat dan tinggi badan anak.
Inisiatif ini menjadi contoh konkret kolaborasi multi-pihak dalam menciptakan inovasi yang berdampak. Di tengah tantangan pembangunan berkelanjutan, Belitung menunjukkan bahwa transformasi bukan sekadar narasi besar. Ia bisa dimulai dari limbah ikan, lahan pascatambang, dan edukasi gizi yang sederhana, asal dilakukan dengan strategi dan komitmen yang jelas. (*)