Efisiensi Tanpa Pemangkasan: Strategi BCA Tekan Biaya, Raup Laba Rp14,1 Triliun
Lanskap perbankan yang semakin kompetitif dan kebutuhan akan efisiensi yang terasa makin mendesak, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menunjukkan satu hal penting: bahwa pertumbuhan laba tak selalu harus dibarengi dengan pembengkakan biaya. Kuartal I tahun 2025 menjadi buktinya.
Laporan keuangan terbaru BCA mencatat bahwa beban biaya karyawan berhasil ditekan hingga turun 1,91%, dari Rp4,97 triliun pada kuartal I-2024 menjadi Rp4,88 triliun di kuartal yang sama tahun ini. Penurunan ini terjadi meski jumlah karyawan justru bertambah—dari 27.273 orang di akhir Desember 2024 menjadi 27.758 orang per Maret 2025.
Biaya ini mencakup lima komponen utama: gaji dan upah, kesejahteraan dan kompensasi, imbalan pasca kerja, pelatihan, serta iuran dana pensiun. Yang menarik, gaji dan upah justru mengalami kenaikan 3,59% menjadi Rp2,79 triliun.
Artinya, BCA tetap menjaga daya saing kompensasi untuk talenta mereka. Namun, efisiensi dilakukan secara selektif, seperti pada komponen kesejahteraan dan kompensasi yang menyusut signifikan dari Rp1,76 triliun menjadi Rp1,57 triliun.
Pelatihan menjadi pos yang mengalami penurunan paling tajam — dari Rp65 miliar menjadi Rp45 miliar. Di sisi lain, biaya imbalan pasca-kerja naik sedikit dari Rp311 miliar ke Rp317 miliar, begitu pula iuran dana pensiun yang meningkat dari Rp140 miliar menjadi Rp151 miliar. Pola ini menunjukkan BCA menyesuaikan struktur biayanya secara proporsional, tanpa mengorbankan komitmen jangka panjang pada karyawan.
Semua ini menjadi latar penting bagi pencapaian laba bersih yang kembali mencetak rekor. Dalam konferensi pers virtual, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan bahwa perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp14,1 triliun pada kuartal I-2025, tumbuh 10,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Kami optimistis menatap pertumbuhan bisnis ke depannya, di tengah dinamika dan tantangan pasar,” ujar Jahja.
Tak hanya soal angka, BCA juga berhasil menjaga warisan reputasi. Lembaga Brand Finance kembali menobatkan BCA sebagai brand perbankan terkuat di dunia untuk tahun 2024. Gelar ini bukan sekadar penghargaan — melainkan bukti bahwa strategi digital dan layanan unggulan yang dijalankan perusahaan mampu menjawab kebutuhan zaman.
BCA membuktikan bahwa efisiensi tidak selalu berarti pemotongan agresif. Ia bisa hadir dalam bentuk perampingan selektif, penguatan di area strategis, dan komitmen pada keseimbangan antara profitabilitas dan keberlanjutan. Dalam diam, BCA menunjukkan seni menjalankan efisiensi yang tak mengorbankan pertumbuhan. (*)