DAAZ Melaju: Pendapatan Usaha Tembus Rp 3 Triliun di Kuartal I 2025

Di tengah ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi harga komoditas, PT DAAZ Bara Lestari Tbk (DAAZ) mencatatkan performa yang mengesankan pada kuartal I 2025.
Emiten yang bergerak di sektor perdagangan komoditas ini berhasil membukukan pendapatan Rp3,08 triliun, naik tajam 58,63 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp1,94 triliun.
Pencapaian ini bukan hasil kebetulan. Di balik lonjakan angka tersebut, terdapat strategi yang disiplin, eksekusi yang fokus, dan ketangguhan menghadapi dinamika industri yang tak menentu.
"Kinerja positif yang kami raih adalah hasil dari penerapan strategi bisnis dan fokus pada nilai-nilai perusahaan serta menjaga kinerja keuangan di tengah tekanan dinamika industri dan ekonomi global," ungkap Direktur Utama DAAZ, Mahar Atanta Sembiring, dalam keterangan tertulis pada Senin, 5 Mei 2025.
Pertumbuhan pendapatan ini didorong oleh peningkatan volume dan nilai penjualan di seluruh lini bisnis DAAZ — dari perdagangan bijih nikel, batu bara, bahan bakar, hingga jasa angkutan laut dan pertambangan. Permintaan yang kuat dari pasar domestik maupun ekspor memperkuat pencapaian penjualan sepanjang periode tersebut.
Namun bukan hanya pendapatan yang naik. DAAZ juga berhasil menjaga profitabilitasnya. Laba bersih melonjak 46,62 persen, dari Rp91,28 miliar pada kuartal I 2024 menjadi Rp133,83 miliar tahun ini. Lonjakan ini menjadi sinyal kuat bahwa strategi ekspansi yang diterapkan perusahaan tidak hanya agresif tetapi juga sehat secara finansial.
Lebih jauh, EBITDA DAAZ meningkat 54,06 persen menjadi Rp244,39 miliar dari sebelumnya Rp158,64 miliar. Angka ini mencerminkan kekuatan operasional inti perusahaan, sekaligus menunjukkan efektivitas pengelolaan biaya dan efisiensi produksi.
Efek positif lainnya terlihat dari sisi struktur modal. Ekuitas perusahaan tercatat tumbuh 6,47 persen dari Rp2,07 triliun di akhir 2024 menjadi Rp2,21 triliun pada kuartal I 2025. Ini menunjukkan fondasi keuangan DAAZ semakin solid, menjadi penopang penting bagi ekspansi ke depan.
"Optimalisasi aspek operasional dan perkuatan posisi perusahaan terbukti membawa keberlanjutan kinerja positif perseroan," tambah Mahar. (*)