Mirae Asset Sekuritas Perkirakan Telkom (TLKM) Rebound di Semester II/2025
Awal tahun belum menjadi panggung kejayaan bagi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Performa keuangan di kuartal I/2025 mencatat penurunan laba bersih dari Rp6,05 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp5,81 triliun. Pendapatan pun sedikit menyusut dari Rp37,42 triliun menjadi Rp36,63 triliun.
Namun, di balik angka-angka itu, keyakinan akan rebound justru semakin menguat di kalangan analis.
Tim analis Mirae Asset Sekuritas termasuk yang percaya bahwa sinyal pemulihan kinerja TLKM akan makin terang benderang di semester kedua tahun ini. Dalam riset yang dirilis pada awal Mei, mereka melihat bahwa pendorong utama pemulihan berasal dari pertumbuhan data Telkomsel dan reformasi harga yang tengah dijalankan perusahaan.
Di sisi lain, lini broadband juga diprediksi akan menunjukkan perbaikan signifikan, seiring ekspansi regional IndiHome dan fokus layanan EZnet yang menyasar segmen menengah ke bawah.
Dengan ekspektasi pemulihan itu, saham TLKM direkomendasikan untuk dibeli pada kisaran harga Rp3.200 per lembar. Meski demikian, tekanan ekonomi makro dan lesunya daya beli masih menahan investor untuk agresif, sehingga aksi ambil untung atau take profit belum terlalu tinggi.
Di tengah situasi yang penuh tekanan, pandangan jangka panjang tetap menjadi pegangan. “Kami tetap konstruktif terhadap prospek TLKM dalam jangka panjang, didukung oleh inisiatif AI dan data center (pusat data),” jelas Daniel Widjaja, analis Mirae Asset Sekuritas kepada swa.co.id pada Rabu (7/5/2025). Teknologi dan infrastruktur digital disebut-sebut sebagai motor pertumbuhan baru yang bisa mengangkat Telkom dari pelemahan sementara.
Salah satu harapan datang dari IndiHome, lini bisnis yang terus menunjukkan pertumbuhan positif. Meski pendapatan dari layanan seluler dan warisan lama menurun, kontribusi IndiHome dianggap mampu menjaga keseimbangan kinerja. Di tengah persaingan harga yang ketat, IndiHome tetap menjadi salah satu andalan Telkom dalam menjaga basis pelanggan dan mendorong pendapatan.
Namun, tak bisa dipungkiri, ARPU atau pendapatan rata-rata per pelanggan mengalami tekanan di seluruh segmen. Penurunan ini lebih disebabkan oleh kondisi makroekonomi yang lemah dan kompetisi yang semakin ketat. Meski demikian, kenaikan trafik data dan terus bertambahnya BTS menunjukkan bahwa permintaan terhadap layanan digital belum surut.
Optimisme tetap ada. “Margin EBITDA meningkat menjadi 49,8%, dengan laba bersih mencapai Rp5,8 triliun, dibantu oleh keuntungan non-inti, menunjukkan adanya ruang untuk pemulihan di 2H25,” lanjut Daniel dalam risetnya. Margin yang sehat memberi sinyal bahwa perusahaan masih mampu menjaga efisiensi meski dalam tekanan.
Di sisi pengeluaran, TLKM berhasil menurunkan biaya operasional, terutama pada pengeluaran untuk pemeliharaan. Namun, biaya personalia tercatat naik sedikit. Hal ini bukan karena ekspansi tenaga kerja, melainkan penyesuaian atas regulasi pajak penghasilan yang baru, meskipun jumlah karyawan justru mengalami penurunan.
Belanja modal atau capex TLKM juga lebih rendah secara musiman pada kuartal I/2025. Namun penurunan ini bukan sinyal pelemahan, melainkan hasil perencanaan yang strategis. Dana capex tetap diarahkan untuk mendukung ekspansi jaringan dan peningkatan layanan digital, dua hal yang menjadi fondasi pertumbuhan bisnis Telkom di masa depan.
Pasar saham mencerminkan dinamika ini. Pada hari yang sama, harga saham TLKM ditutup di level Rp2.620, setelah dibuka pada Rp2.680 dan sempat menyentuh titik tertinggi harian di Rp2.690.
Kapitalisasi pasar perusahaan mencapai Rp259,6 triliun, dengan nilai transaksi harian sebesar Rp265,1 miliar, melalui frekuensi perdagangan sebanyak 19.560 kali dan volume 100,2 juta saham. (*)