Langkah Inklusif LSPR: Forum Global Pertama untuk Guru Pendidikan Khusus
Pagi itu, suasana di auditorium LSPR Institute terasa berbeda. Para peserta datang dengan semangat yang sama — meski berasal dari latar belakang daerah dan budaya yang beragam — duduk berdampingan, menyatukan visi untuk sebuah pendidikan yang lebih adil dan inklusif.
Bukan sekadar seminar, The 1st Global Special Education Teacher (GSET) Forum yang digelar oleh LSPR School of Special Needs Education (LSPR SSNE), menjelma menjadi titik temu lintas batas, lintas negara, dan lintas disiplin.
Forum internasional perdana ini mengangkat tema yang relevan dan mendesak: “Inclusive Teaching Strategies for Diverse Classrooms”. Sebanyak 200 peserta, dari Jakarta hingga Kalimantan, dari Bandung hingga Surabaya, berkumpul bukan hanya untuk mendengar, tetapi untuk saling berbagi. Mereka datang sebagai guru, praktisi, dan pejuang di garis depan pendidikan khusus.
Di tengah diskusi dan antusiasme, hadir suara dukungan dari komunitas internasional. Chujo Kazuo, Minister Deputy Head of the Mission of Japan to ASEAN, menyampaikan pesan yang tegas dan penuh empati. “Melalui The 1st GSET Forum 2025, saya berharap inisiatif ini tidak hanya meningkatkan kesadaran, tetapi juga mendorong aksi nyata untuk memperkuat sistem dukungan bagi individu dengan disabilitas perkembangan di negara-negara ASEAN.”
Tak hanya dari Jepang, suara dukungan juga datang dari Beijing. H.E. Djauhari Oratmangun, Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Rakyat Tiongkok, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif LSPR. “Saya yakin para pakar dari berbagai latar belakang yang berpartisipasi dalam forum ini akan memperkaya diskusi hari ini. Lebih penting lagi, forum ini akan membuka lebih banyak peluang kerja sama, termasuk dengan negara-negara seperti Jepang dan Tiongkok, untuk meningkatkan kualitas pendidikan khusus.”
Dalam forum yang dirancang dinamis — dengan sesi presentasi paralel, diskusi kelas kecil, dan penerjemah bagi pembicara asing — terbangun ekosistem belajar yang kolaboratif. Ruang-ruang diskusi tak hanya menjadi tempat bertukar pengalaman, tetapi juga ruang eksplorasi strategi pengajaran yang lebih responsif terhadap kebutuhan siswa berkebutuhan khusus.
Bagi LSPR Institute, forum ini bukan sekadar ajang internasional pertama, melainkan kelanjutan dari komitmen panjang. Sejak lebih dari satu dekade lalu, melalui London School Centre for Autism Awareness (LSCAA) dan London School Beyond Academy (LSBA), LSPR telah menanamkan nilai inklusivitas ke dalam jantung aktivitas akademiknya. Kini, melalui Fakultas Pendidikan Khusus, misi itu dihidupkan kembali dengan lebih terstruktur dan sistematis.
Prita Kemal Gani, Founder & CEO LSPR Institute of Communication & Business, menyebut forum ini sebagai tonggak penting. “Melalui forum akademik ini, kami membuka ruang dialog ilmiah lintas negara untuk membahas perkembangan terbaru dalam strategi pengajaran pendidikan inklusif. LSPR SSNE berkomitmen untuk mencetak para guru yang tidak hanya terlatih secara akademik, tetapi juga memiliki empati, kreativitas, dan kemampuan adaptif dalam menghadapi keragaman kebutuhan peserta didik.”
Di sela-sela kesibukan memimpin berbagai sesi, Chrisdina Wempi, Dekan Fakultas Pendidikan Khusus LSPR sekaligus Direktur LSBA & LSCAA, tak menyembunyikan harapannya yang besar.
“Dengan sesi presentasi paralel, diskusi kelas kecil yang difasilitasi penerjemah bagi pembicara internasional, forum ini diharapkan mampu menjadi ruang kolaboratif untuk mengembangkan strategi pembelajaran yang responsif terhadap kebutuhan siswa berkebutuhan khusus,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa forum ini juga menjadi ajang pengenalan terhadap program unggulan LSPR SSNE, seperti fasilitas micro teaching terbesar dan pembekalan kewirausahaan bagi para calon guru. (*)