Nuon Melaju: Dari Nada ke Joystick, Kini Merambah Layar Lebar

Nuon Melaju: Dari Nada ke Joystick, Kini Merambah Layar Lebar
null
CEO Nuon, Aris Sudewo (Foto: Syifa/SWA)

Bermula dari dunia musik digital, PT Nuon Digital Indonesia (Nuon) kini menjelma menjadi salah satu pemain yang diperhitungkan dalam ekosistem hiburan digital nasional.

Perusahaan yang berdiri sejak 2010 sebagai hasil kolaborasi antara Telkom Indonesia dan SK Telecom ini, semula dikenal lewat layanan Melody Online (Melon), pionir penjualan musik digital di Indonesia.

Namun, seiring waktu dan perubahan perilaku konsumen, Nuon mulai meracik portofolio baru yang lebih luas: dari musik, merambah ke gim, dan kemudian ke konten gaya hidup seperti film dan layanan streaming.

Transformasi ini bukan sekadar respons terhadap tren, tapi juga strategi bisnis yang diperhitungkan. CEO Nuon, Aris Sudewo, menyebutkan bahwa sektor gim kini menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan perusahaan.

“Komposisi revenue paling besar adalah gim, di atas 50%. Sebelum adanya Nuon, baru ada Melon (Melody Online) yang fokus berjualan musik. Pada akhirnya kami mencoba portofolio lain dengan berjualan gim dan berganti nama perusahaan menjadi Nuon,” ujarnya saat ditemui awak media, Jumat (9/5/2025).

Ledakan popularitas gim dalam beberapa tahun terakhir telah mengubah lanskap hiburan digital. Lebih banyak orang bermain, dan perangkat gim kini lebih mudah diakses.

Nuon pun menangkap peluang ini secara strategis. Ia tidak hanya menjual, tapi juga menjadi distributor, agregator, dan publisher gim. Salah satu rilisan terbaru mereka, Assault Mode, sudah diluncurkan ke pasar. Sedangkan proyek gim berikutnya yang sedang dikembangkan, Agni: Village of Calamity, diklaim menawarkan pengalaman yang tak kalah seru.

Meski gim mendominasi, Nuon tidak meninggalkan akar musiknya. Aris menegaskan bahwa musik tetap menjadi denyut yang tak pernah padam dalam industri hiburan. Untuk itu, mereka menghadirkan Langit Musik, layanan streaming hasil karya anak bangsa.

“Langit Musik berkolaborasi dengan Play Up, memastikan musik latar di ruang publik bisa dinikmati secara legal agar hak musisik terpenuhi dan memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha,” kata Aris. Inisiatif ini menjadi langkah penting dalam mendukung ekosistem musik yang adil dan berkelanjutan.

Nuon juga mulai menunjukkan taji di bidang gaya hidup dan sinema digital. Mereka meraih atensi publik lewat film-film yang mencetak rekor. Salah satunya Kuasa Gelap, yang berhasil menjadi trending nomor satu di Netflix dengan torehan 1,45 juta penonton. Film horor Anak Kunti pun sukses menembus enam negara, termasuk Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, India, Pakistan, dan Bangladesh dengan total 289 ribu penonton.

Tidak berhenti di situ, Nuon tengah menyiapkan film romantis berjudul Tak Ingin Usai di Sini, yang akan tayang di bioskop mulai 5 Juni 2025. Proyek ini menandai langkah serius Nuon dalam merambah dunia perfilman secara lebih intens dan komersial.

Dari nada, joystick, hingga layar bioskop, Nuon tak henti bereksplorasi. Dalam semesta digital yang terus bergerak cepat, perusahaan ini tak hanya mengikuti arus. Ia justru menciptakan gelombangnya sendiri. (*)

# Tag