Debut Ajeng Dewi Swastiari sebagai personal fashion stylist dimulai saat menata gaya selebritas Titi DJ pada 2006. Saat itu, kelahiran Jakarta 11 Mei 1984 ini masih kuliah tahun kedua di LaSalle College International Jakarta. Saat ini, ada empat klien yang ditanganinya secara pribadi yaitu Titi DJ, Bunga Citra Lestari, Sherina dan Dira Sugandi. Ia juga kerap diminta menangani konsep fashion artis oleh agensi. “Saya bekerja secara pribadi untuk para selebritas dengan menentukan konsep busana dan tata rias mereka untuk kepentingan konser, syuting sinetron dan iklan,” ungkap putri kedua dari tiga bersaudara pasangan Dewi Chandrawati dan Faisal Kasrie ini.

Ia menandaskan, tugas fashion stylist bukanlah merancang kostum ataupun merias klien. Itu dilakukan desainer atau penata rias tersendiri. “Saya membuat konsep yang sesuai dengan keperluan klien. Contohnya, ketika menangani klien untuk sebuah konser, saya membuat konsep busana yang memvisualkan rasa lagu yang dia sampaikan. Saya tidak mengharuskan merek tertentu untuk klien,” papar Ajeng yang sejak kecil tertarik pada dunia mode. Pengalaman dan rekam jejak cukup panjang memberinya soft skill yang belum bisa disaingi pendatang baru di arena fashion styling. “Pencapaian paling berarti adalah saya bisa bertahan di bidang karier yang sama sejak saya kuliah, yakni mode, dan saya bisa hidup dari situ,” ungkapnya.

Kecintaannya pada dunia mode juga mengantarkan Ajeng menekuni dunia perhiasan. Berkolaborasi dengan Bonnie Natasha Arif dan Vannie Astecat, ia membesut merek Project Madness pada 2008. Produk kalung, cincin, hiasan kepala (head piece) dan tas buatannya dibeli putus oleh Alun-Alun Indonesia. “Rasanya bangga nian waktu bertemu orang tak dikenal di tengah jalan mengenakan koleksi Project Madness,” tutur lajang penikmat musik, yoga dan lari yang menjadikan Alexander McQueen sebagai panutannya di dunia mode.

Rosa Sekar Mangalandum/HTS