Ruang, Rasa, dan Relevansi: Bagaimana Nodes Studio Menjawab Tren Interior Masa Kini

null
Nodes Studio Hadirkan Rumah Contoh di Perumahan Serenia Hills Blok U41, Jalan Karang Tengah Raya No. 19, Lebak Bulus, Jakarta Selatan (Foto: Notes Studio)

Di tengah bergesernya makna rumah bagi masyarakat kelas menengah Indonesia — dari sekadar tempat tinggal menjadi ruang relaksasi sekaligus tempat bekerja — tumbuh pula permintaan akan desain interior yang tak hanya nyaman, tetapi juga estetis dan fungsional. Rumah kini bukan sekadar struktur beton, melainkan refleksi dari gaya hidup dan identitas penghuninya.

Fenomena ini tak luput dari perhatian Nodes Studio, sebuah konsultan interior yang sejak 2020 telah membangun reputasi melalui pendekatan personal dan inovatif terhadap desain ruang.

Menyambut tren ini, perusahaan meluncurkan Studio Nodes, sebuah rumah contoh berkonsep modern kontemporer yang menjadi etalase nyata atas filosofi desain mereka.

Berlokasi di Perumahan Serenia Hills Blok U41, Jalan Karang Tengah Raya No. 19, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, rumah ini bukan sekadar pajangan, melainkan sebuah manifestasi dari bagaimana desain bisa mengubah ruang menjadi pengalaman hidup.

“Inisiatif ini sekaligus menjadi etalase nyata dari komitmen kami terhadap kualitas, estetika, dan kenyamanan dalam desain rumah tinggal," ujar Ali Zaenal, CEO Nodes Studio.

Berdiri di atas lahan seluas 150 meter persegi, Studio Nodes memamerkan transformasi dari rumah klaster standar menjadi hunian yang mengesankan secara visual sekaligus efisien secara fungsi.

Di bagian depan, pengunjung akan disambut taman kecil yang dirancang oleh mitra kolaborasi Plant The Plants, sentuhan hijau yang tak hanya menyejukkan mata tetapi juga menghadirkan nuansa natural ke dalam ruang.

Begitu memasuki area utama, kesan lapang langsung terasa. Desain open space yang mengintegrasikan ruang tamu, ruang keluarga, dapur kering, dan ruang makan menciptakan transisi antar ruang yang mulus.

Cahaya alami mengalir lewat jendela dan bukaan strategis, memperkuat kesan hangat dan ramah. Pilihan material ramah lingkungan juga menjadi penegasan bahwa kenyamanan dan keberlanjutan kini saling melengkapi.

Tak ada yang dibiarkan sembarangan. Warna, tekstur, hingga tata letak dipilih dengan cermat demi satu tujuan: menghadirkan ruang yang hidup dan selaras dengan kebutuhan modern. Salah satu contoh paling menarik adalah kamar tamu di lantai satu yang mengusung konsep "Tatami" — terinspirasi dari budaya Jepang — yang menghadirkan kesan bersih, tenang, dan efisien.

Naik ke lantai dua, kesan personal terasa semakin kuat. Kamar utama dilengkapi dengan walk-in closet dan kamar mandi luas yang menghadap langsung ke kolam renang. Dua kamar anak dirancang sesuai karakteristik usia dan kebutuhan penghuninya, serta tak ketinggalan area laundry room yang tertata rapi dan efisien — detail kecil yang sering luput, namun krusial dalam kehidupan sehari-hari.

Di area kamar mandi, estetika tampil menonjol melalui pemilihan perlengkapan sanitary dari merek “Le Château” yang membawa nuansa elegan. Sementara itu, furnitur dari Zimmer seperti coffee table unik di ruang tamu, kursi makan berwarna biru bold, hingga furnitur area kolam renang, turut mempertegas karakter visual rumah ini sebagai ruang hidup yang didesain dengan penuh pertimbangan.

Sejak berdiri, Nodes Studio telah menangani puluhan proyek mulai dari rumah tinggal, klinik kecantikan, rumah sakit, hingga perkantoran. Tahun ini saja, mereka telah mengerjakan 40 hingga 50 proyek. Ali melihat geliat yang menjanjikan dalam sektor ini. Ia menyebut bahwa permintaan terhadap jasa interior justru tetap tumbuh meski kondisi ekonomi belum sepenuhnya stabil.

Mengenai harga, Nodes Studio menawarkan jasa desain interior senilai Rp350 ribu per meter persegi, sedangkan untuk jasa arsitektur dikenakan tarif Rp250 ribu per meter persegi. “Namun jika untuk bundling kedua jasa tersebut dikenakan Rp500 ribu per meter persegi,” jelas Ali.

Studio Nodes tak hanya menjadi showroom, tetapi juga ruang dialog antara desain dan kebutuhan hidup modern. Di balik setiap sudutnya, tersirat pemahaman akan perubahan zaman — bahwa rumah bukan sekadar bangunan, tapi tempat untuk tumbuh, bermimpi, dan beristirahat. Dan di tangan mereka yang memahami ruang sebagai ekspresi jiwa, rumah bisa menjadi karya yang hidup. (*)