Banyak Produk Antri Outlet di Mal
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) melihat bahwa jumlah mal yang ada saat ini tidaklah berlebihan. Apa buktinya? Tidak ada mal yang sepi pengunjung. Dengan adanya antrian perusahaan yang ingin mencari tempat atau outlet di mal, asosiasi pun berpandangan jumlah mal seharusnya ditambah.
“Di Indonesia ada 240 mal, di Jakarta ada 76 mal,” sebut Handaka Santosa, Ketua Umum APPBI, dalam sebuah sesi di MarkPlus Conference 2013, di Jakarta, Kamis (13/12/2012).
Handaka berpandangan, jumlah pusat belanja, yang terdiri dari mal dan trade center, tidaklah berlebihan. Makanya, hingga kini, ia pun tidak mengerti adanya pandangan bahwa suplai mal itu berlebihan sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun melakukan moratorium atau penghentian sementara izin pembangunan mal di ibukota. Moratorium ini diumumkan pada tahun 2011.
Karena, fakta di lapangan, menurut dia, keramaian selalu menghampiri setiap mal. Apalagi, sejumlah perusahan sudah mengantri mencari tempat untuk menjajakan produknya di pusat belanja. Namun, pembangunan mal di Jakarta pun harus menunggu keputusan pemerintah. Oleh sebab itu, ia tidak bisa menyebutkan berapa mal yang bakal dibangun pada tahun depan. “Tergantung boleh dibangun lagi nggak,” lanjut Handaka yang juga menjabat sebagai CEO Senayan City.
“Karena orang bilang bahwa suplai mal berlebihan, tapi tidak ada mal yang sepi, dan banyak produk yang mau dijual itu cari tempat,” ujarnya dengan tegas.
Terhadap adanya pandangan bahwa keberadaan mal mematikan usaha kecil dan menengah (UKM), ia pun menyatakan usaha ini bisa juga mengambil tempat di pusat belanja, seperti di trade center atau di mal kelas bawah.
Secara keseluruhan, asosiasi melihat pembangunan pusat belanja tidak hanya gencar di Kota Jakarta, tetapi juga di luar ibukota Indonesia ini. Ini terjadi seiring dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang tinggi. Daerah, seperti Balikpapan, Makassar, Manado, dan Medan cukup tinggi pertumbuhan pusat belanjanya. Ia pun menyebutkan, perkembangan di wilayah Indonesia timur akan tetap tinggi pada tahun depan.
Akan tetapi, lanjut Handaka, bukan berarti wilayah Indonesia barat sudah jenuh terhadap pembangunan pusat belanja. “(Indonesia bagian) barat masih tumbuh. Menurut saya merata antara timur dan barat. Tapi karena dulu timur agak tertinggal, jadi pertumbuhan yang sekarang ini terlihat tinggi,” tandasnya. (EVA)