Digandeng Danantara dan GEM Co Ltd, Vale Maksimalkan Hilirisasi Nikel Lewat Proyek HPAL Rp23,34 Triliun

Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menjelaskan kesiapan INCO untuk hilirisasi nikel dalam Public Expose Live 2025. (Tangkapan layar: Arie Liliyah/SWA)
Presiden Direktur PT Vale Indonesia Tbk (INCO), Bernardus Irmanto menjelaskan kesiapan INCO untuk hilirisasi nikel dalam Public Expose Live 2025. (Tangkapan layar: Arie Liliyah/SWA)

PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memperkuat strategi hilirisasi nikel setelah bergabungnya Danantara dalam proyek smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) yang digarap bersama GEM Co. Ltd. Presiden Direktur Vale Indonesia, Bernardus Irmanto, menjelaskan hilirisasi merupakan langkah penting untuk mengoptimalkan nilai jual sumber daya alam. Vale memiliki deposit sumber daya alam yang sangat potensial untuk diolah lebih lanjut.

“Tetapi hilirisasi ini dilakukan setelah melalui evaluasi mendalam. Pengolahan nikel mentah menjadi produk bernilai tambah akan menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan hanya menjual bijih nikel (ore). Evaluasi kami lakukan terus-menerus,” jelas Anto, sapaan akrab Bernardus, pada Public Expose Live 2025 di Kamis (11/9/2025).

Sebelumnya, Vale telah mengumumkan kerja sama dengan GEM Co. Ltd. untuk menggarap proyek hilirisasi nikel di Sulawesi Tengah, Investasinya mencapai Rp23,34 triliun di Sulawesi Tengah. GEM Hong Kong International Co. Ltd., anak perusahaan GEM Co. Ltd., telah melakukan penyertaan modal dengan mengakuisisi 51% saham PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI) pada 26 Maret 2025.

Pasca-transaksi tersebut, kepemilikan saham Vale di BNSI turun dari 100% menjadi 49%. Dengan demikian, per 30 Juni 2025, Vale Indonesia tidak lagi mengendalikan BNSI dan mengakui kepemilikannya sebagai investasi pada entitas asosiasi.

Sebagai informasi, BNSI merupakan perusahaan nonpublik yang bergerak di industri pembuatan logam dasar bukan besi dan berdiri sejak 25 Juni 2019. Berdasarkan laporan keuangan Vale Indonesia, per 30 Juni 2025, BNSI memiliki saldo aset bersih sebesar US$119,67 juta dan laba bersih mencapai US$225 juta.

Produksi dan Operasional Semester I/2025

Produksi nikel dalam matte oleh Vale Indonesia pada semester I/2025 mencapai 35.584 ton, tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Perseroan menargetkan produksi sepanjang 2025 mencapai 71.234 ton, lebih tinggi dibandingkan target tahun sebelumnya.

“Pengiriman nikel matte pada kuartal kedua juga meningkat menjadi 18.023 ton, mencerminkan kinerja operasional yang stabil,” ungkap Abu Ashar, Chief Operation & Infrastructure Vale Indonesia.

Direktur dan CFO Vale Indonesia, Rizky Putra, menambahkan bahwa basis operasional perseroan diproyeksikan semakin kuat pada semester kedua 2025.

“Kami telah menyiapkan beberapa inisiatif, seperti negosiasi pada nickel matte payable, meningkatkan major maintenance untuk mendukung stabilitas dan optimalisasi produksi. Dari sisi penjualan, kami akan menjamin penjualan 2,2 juta ton saprolite ore dengan harga premium yang kuat,” jelas Rizky.

Efisiensi Konsumsi Energi

Dari sisi energi, konsumsi menunjukkan dinamika efisiensi. Pemakaian HSFO naik menjadi 380.751 barel seiring peningkatan produksi, namun harga rata-rata turun tipis menjadi US$83,42 per barel. Sementara itu, konsumsi batubara naik menjadi 127.291 ton, tetapi harganya turun signifikan 19% menjadi US$131,55 per ton.

Sebaliknya, harga diesel meningkat 8% menjadi US$0,85 per liter meski volume penggunaan menurun. Tren harga energi global yang melemah, ditambah strategi pengadaan material curah, memberikan ruang penghematan biaya bagi Vale Indonesia.

Harga saham INCO sendiri hari ini, Kamis (18/9/2025) ditutup di Rp3.740 per lembar. Pada 6 bulan sebelumnya, harganya di posisi Rp2.600 (11/3/2025). Artinya naik 43,85% selama 6 bulan. (*)

# Tag