Pandu Sjahrir Soroti Perputaran Dana di Pasar Modal: Seharusnya US$8 Miliar Per Hari

Pandu Sjahrir Soroti Perputaran Dana di Pasar Modal: Seharusnya US$8 Miliar Per Hari
Chief Investment Officer (CIO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) atau Danantara, Pandu P. Sjahrir, menjawab pertanyaan awak media di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (28/7/2025). Foto Nadia K. Putri/SWA

Chief Investment Officer (CIO) Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara), Pandu Patria Sjahrir menyoroti rendahnya partisipasi investor perusahaan modal ventura (VC) terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Pandu membandingkan kondisi keseluruhan aliran pasar modal di berbagai negara. Misalnya, Hong Kong yang membukukan aliran dana di pasar modal mencapai US$30 miliar sampai US$50 miliar per hari. Sementara, India membukukan sekitar US$12 miliar hingga US$15 miliar per hari.

“Hambatan terbesar permodalan ventura adalah kurangnya partisipasi mitra publik. [Indonesia] belum ke sana. Ini alasan mengapa Amerika Serikat masih sukses [di permodalan ventura], karena pasar modal mereka masih nomor satu. Ada dua kekuatan, yaitu pertahanan militer dan pasar modal dan ini adalah sesuatu yang harus kita pertimbangkan ulang,” beber Pandu di acara Forbes CEO, Jakarta pada Rabu (15/10/2025).

Kemudian, Pandu juga menyoroti rendahnya perputaran aliran dana pasar modal di Indonesia. Idealnya, menurut Pandu, seharusnya Indonesia membukukan volume perdagangan harian mencapai US$8 miliar per hari. Saat ini, Pandu mengeklaim Indonesia mencetak volume perdagangan harian sebesar US$1 miliar per hari.

Karena itu, Pandu mendorong pasar modal seharusnya menggerakkan pendanaan perusahaan-perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan rintisan (startup), serta perusahaan untuk melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Sekarang, jika permodalan ventura berhasil, Anda harus pastikan bahwa pasar modal kita akan berhasil. Jika tidak, lupakan saja, karena satu-satunya akses [permodalan ventura] Anda adalah Amerika [Serikat], dan jangan berpikir bahwa Amerika [Serikat] akan selalu memberi akses itu,” lanjut Pandu.

Hal ini ditunjukkan dengan perhatian para pengusaha Indonesia terhadap arus kas dan neraca perusahaan, tetapi tidak dengan harga sahamnya. Pandu membandingkan, kinerja harga saham perusahaan di Amerika Serikat cenderung dinamis daripada Indonesia.

Kinerja harga saham ini juga ditunjukkan dengan emiten-emiten teknologi di Amerika Serikat yang menggarap proyek kecerdasan buatan (AI) yang masuk dalam kelompok Magnificent Seven (Mag 7). Seluruh emiten tersebut bergerak dinamis hingga saat ini.

“.... tapi dengan permodalan ventura, agar kita bisa tumbuh lebih besar dan lebih relevan, dan Anda punya risiko modal yang dikerahkan, masalah utama yang harus dipecahkan adalah pasar modal,” tutup Pandu.

Terkait pasar modal, BEI mencatatkan total emisi obligasi dan sukuk sejumlah 644 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp526,35 triliun dan US$129,79 juta per 6 Oktober 2025 hingga 10 Oktober 2025. Adapun Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI sejumlah 191 seri senilai Rp6.423,84 triliun dan US$352,10 juta. Untuk EBA, tercatat 7 emisi senilai Rp2,13 triliun.

Sementara dari sisi pasar saham periode tersebut, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai 12,48% menjadi Rp28,15 triliun. Dari sisi frekuensi transaksi, mencapai 11,83% atau sebanyak 2,93 juta kali. Dari sisi kapitalisasi pasar, meningkat 3,19% menjadi Rp15.560 triliun.

Saat itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup di level 8.257,859 selama sepekan. Namun pada Rabu (15/10/2025), IHSG ditutup di level 8.051,18. Pada Selasa (14/10/2025), IHSG ditutup ke level 8.066,52 dan pada Senin (13/10/2025) ditutup pada 8.227,20. (*)

# Tag