Demi Ekspor, Pasar Non-Tradisional Digarap
Tahun 2013, ekonomi global dipandang masih dipenuhi oleh ketidakpastian. Karena krisis di Eropa dan Amerika Serikat belum juga usai. Oleh sebab itu, demi mempertahankan kinerja ekspor nasional, pemerintah pun akan menggarap negara-negara di luar AS dan Eropa sebagai pasar produk Indonesia.
“Kalau kita hanya tergantung pasar-pasar besar, seperti Amerika Serikat dan Eropa, kita tidak bisa mengantisipasi pertumbuhan yang besar sekali,” jelas Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan, di Jakarta, minggu lalu.
Sebagai imbas dari krisis global, kinerja ekspor nasional tahun 2012 menurun. Bila tahun 2011, total ekspor nasional bisa menembus angka US$ 200 miliar, maka tahun 2012 ditaksir hanya sanggup berada di sekitar US$ 190 miliar. Tahun ini, Kementerian Perdagangan pun berpandangan kinerja ekspor masih tetap berada dalam kondisi yang sulit. Lantaran kondisi ekonomi dunia diperkirakan masih akan melambat.
“Kalau kita sudah bisa sama dengan apa yang kita capai di tahun 2012, itu sudah bagus,” imbuhnya.
Sejumlah langkah akan dilakukan kementerian demi mempertahankan kinerja ekspor. Pemerintah akan mendorong hilirisasi. Artinya, produk yang diekspor harus bernilai tambah. Dengan demikian, harga jualnya bisa lebih tinggi ketimbang produk dijual dengan bentuk mentah.
Gita menjelaska, saat ini Indonesia masih sangat tergantung pada ekspor komoditas sebesar 65 persen, dan terbukti pada saat harga komoditas dunia menurun, nilai ekspor juga ikut menurun. Padahal jika dilihat dari segi volume, justru ekspornya meningkat. Ini berarti ke depan, Indonesia harus mengekspor produk yang bernilai tambah, sehingga nilai ekspornya juga akan meningkat.”
Langkah lainnya adalah dengan memperluas pasar produk Indonesia. Ditegaskan dia, Indonesia tidak bisa lagi hanya mengandalkan pasar tradisional, seperti AS dan Eropa, sebagai negara tujuan ekspornya. Akan tetapi, bukan lantas pasar-pasar besar ditinggalkan begitu saja. Gita menyebutkan, peluang masih ada di pasar-pasar, seperti China, Jepang, Korea Selatan, maupun India. “India sangat butuh batu bara dan kelapa sawit kita,” ungkapnya.
“Saya rasa kita tidak terlalu banyak berharap dengan pasar-pasar besar, pasar tradisional, namun kita akan coba jaga agar tidak terjadi penurunan di tahun 2013,” lanjut dia.
Maka dari itu sasaran pemerintah selanjutnya adalah pasar-pasar non-tradisional, seperti Afrika dan Amerika Selatan. Meski dari segi nilai ekspor masih kecil, namun potensi pasar-pasar itu tidak bisa diabaikan. Terhadap Afrika, ia mengatakan, “Tujuh dari 10 perekonomian dunia yang tumbuhnya paling cepat dalam satu dekade terakhir ini ada di Afrika. Dan tentunya kalau kita catat seluruh perekonomian Afrika itu mereka melebihi US$ 2 triliun. Jadi itu besar sekali.”
Lebih lanjut, ia berujar, kerja sama bilateral dan multilateral dengan sejumlah negara pun akan dilakukan. Misalnya, terang dia, Indonesia dengan Pakistan baru saja menandatangani Preferential Trade Agreement untuk meliberalisasi tarif sekitar 240 produk. “Kalau multilateral tentunya sudah ada semangat ASEAN, (di mana) kemarin kita di India sudah mencatat kesepakatan untuk jasa dan investasi ASEAN dengan India, InsyaAllah kita bisa menyelesaikan dengan Jepang juga,” papar Gita. (EVA)