Sang Putra Mahkota Hartati-Murdaya
Prajna, yang sebelumnya jarang tampil di panggung bisnis, tidak dinyana beberapa waktu lalu turun gunung. Pria kelahiran Jakarta, 7 Februari 1976, ini menghadiri pembukaan gerai terbaru sepatu Nike di Senayan City. Maklumlah, PT Berca Indosports, pemegang hak peritel Nike di Indonesia, merupakan anak usaha BRG. Dan Prajna sekarang menjabat sebagai Direktur Pengelola BRG.
BRG adalah gabungan beberapa perusahaan yang berada di bawah PT Central Cipta Murdaya (CCM/holding), antara lain PT Berca Indosports, PT Berca Sportindo sebagai pemegang lisensi dan peritel produk/perlengkapan olah raga merek Umbro dan League, PT Indosports Jaya sebagai pemegang hak peritel produk fashion merek Benetton dan Sisley, sepatu formal merek Aerosoles dan Geox, sepatu olah raga merek AND1. Yang pasti, BRG telah mengoperasikan lebih dari 40 gerai beberapa merek terkemuka.
Lantas, dari puluhan perusahaan imperium keluarga Murdaya, mana yang paling diminati Prajna? “Sebenarnya, at the end aku harus me-manage semua. Kebetulan ritel itu pekerjaan yang pertama di Indonesia. Mungkin dengan belajar di sini aku akan belajar lebih cepat di bisnis lain, karena setiap tiga tahun akan di-rolling lagi,†Prajna memaparkan.
Masuknya Prajna ke manajemen BRG tidak sekonyong-konyong. Prosesnya ia mulai dari tiga tahun lalu. Bahkan untuk produk Nike, ia pernah mengikuti program internship Nike di Amerika Serikat 12 tahun silam. “Sekitar tahun 1993-94 waktu itu aku baru lulus high school mau kuliah, programnya selama satu summer,†ujar Prajna yang sore itu memakai kaus biru Nike dipadu dengan celana jins plus sepatu sport. Saat itu ditempatkan di bagian internal perusahaan, termasuk bagian promosi dan environment action.
Meski hanya sekali liburan musim panas, penyuka musik ini mendapatkan banyak pengalaman berharga dari Nike. “Sistem mereka bagus sekali. Mulai dari pola manajemennya, bagaimana mendidik semua staf bisa menjadi leader, itu sangat bagus,†kata pehobi karaoke ini. Selain internship Nike di AS, lulusan Electrical Engineering dari Stanford University ini juga sempat mengikuti program internship di NTT DoCoMo.
Setelah menyelesaikan studinya, Prajna langsung terjun ke perusahaan keluarga. Tepatnya, tahun 2003 ia pulang ke Indonesia dan ditempatkan ke perusahaan peritel sepatu oleh orang tuanya. â€ÂSaya tidak langsung menduduki posisi Direktur Pengelola, tapi betul-betul dimulai dari bawah. Bantu sana-sini dulu, seperti di bagian marketing operation dan logistik,†ungkap penyuka fotografi ini. Rupanya, tidak sia-sia upaya Murdaya dan Hartati mengarahkan anaknya mengikuti jejak sebagai wirausaha. Toh, lama- kelamaan Prajna tambah cinta saja dengan dunia ritel. Hari-harinya diisi dengan bekerja, bekerja dan bekerja lagi. “Saya tidak bisa tiap hari dreaming, and dreaming, karena selalu ada yang harus diperbaiki. Work is my wife,†ujar bujangan ini.
Prajna membenarkan, peran orang tua sangat besar dalam membentuk karakternya sebagai pengusaha. “Kedua orang tua kami mendidik dengan cara memberikan contoh saja. Pekerjaan bertumpuk-tumpuk diberikan ke saya, tapi jika kebanyakan atau butuh bantuan, bisa minta tolong mereka,†katanya. Satu hal yang ditekankan ibunya: jangan pernah takut terjun ke dunia ritel. Jika tidak bisa mendapatkan feeling bisnisnya, tidak boleh enak-enakan duduk di atas kursi dan hanya menyuruh-nyuruh orang, tapi harus mau turun ke lapangan. Sementara sang ayah cenderung mengajarkan bagaimana bergaul dengan orang lain. Sebab, dalam dunia bisnis, tidak melulu berhubungan dengan uang. Pasalnya, setiap orang bisa menjadi sumber informasi sehingga dapat saling membantu. “Ayah menekankan pentingnya menjaga komunikasi dengan orang lain.â€Â
Prajna tidak menyesal dengan keputusan membantu bisnis orangtua ketimbang menjadi profesional di perusahaan lain. “I made the right decision. Mau tidak mau aku harus pimpin, tapi aku harus dekat sama Papi-Mami. Kalau tidak, mungkin akan bikin banyak kesalahan,†katanya. Benarkah Prajna yang diandalkan memimpin CCM kelak? Memang, sekarang ia sebagai Direktur Pengelola BRG, tapi untuk semua bisnis CCM, Prajna berujar, â€ÂYa kita lihat saja, tergantung sukses ini. Kalau aku bisa bikin divisi ritel lebih maju, mungkin mereka (orang tua) kasih tanggung jawab lebih besar,†katanya dengan tergelak.
Di mata Handaka Santosa, kehadiran Prajna sebagai generasi penerus Murdaya-Hartati akan membuat bisnis keluarga itu kian moncer. “Kelebihan Prajna, sosoknya masih muda, yang tentunya lebih agresif dan Berca punya banyak brand kuat. Sebagai orang muda yang tinggal mengambil tongkat estafet, saya kira potensinya lebih bagus ketimbang orang baru yang mulai merintis,†kata Ketua Aprindo yang juga CEO PT Manggala Gelora Perkasa, pengembang Senayan City itu.
Reportase: Wini Angraeni & Darandono