Entrepreneur

Anthony, Juragan Kain di Metro Tanah Abang

Anthony, Juragan Kain di Metro Tanah Abang

Anthony, Pemilik Jaya Tex

Jaya Tex, nama ini muncul di tengah ketatnya persaingan industri bahan pakaian yang berada di Pusat Grosir Metro Tanah Abang Blok A, Tanah Abang. Anthony sang pemilik toko gigih mengadu nasib di antara ribuan pedagang lainnya. Ia harus berangkat pagi-pagi untuk membuka toko sementara rumahnya berada di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Ia pun harus rela bergelut dengan macetnya Tanah Abang demi berputarnya roda ekonomi keluarga.

Dengan memosisikan diri sebagai grosir dan retail, Jaya Tex berdiri sejak 1989. Persisnya mengambil lokasi di Blok A Lt. B1 Los C No. 58. Lokasi ini berada di tengah hiruk pikuk Pasar Tanah Abang. Jumlah tokonya ada 3 dan berada saling berdekatan supaya lebih mudah untuk dikontrol. Fokus utamanya yaitu kain untuk busana pria untuk baju dan celana. Tak ketinggalan pula, tokonya juga menyediakan kain untuk kelas premium seperti jas. Kain-kain tersebut berasal dari Bandung. Sebagian lainnya diimpor dari luar seperti Korea.

Jiwa dagang Anthony memang terpatri sejak muda. Tatkala masih berusia 27 tahun, ia nekat terjun untuk berdagang. Memang latar belakang keluarga turut bermain di sini. Orang tuanya berprofesi sebagai pedagang meski untuk jenis kain yang berbeda yaitu batik. Namun untuk saat ini usaha batik tersebut sudah tidak lagi dijalankan . Anthony pun bereksperimen di bidang yang lain. “Kebetulan orang tua istri juga main di sini, jadi ngikut saudara,” kenang Anthony.

Secara umum, Anthony mengatakan bahwa perkembangan bisnis bahan kain masih oke. Dilihat dari omsetnya, bisnis ini masih mengalami peningkatan yang cukup baik tiap tahunnya. Sebagai gambaran, pertumbuhan di 2011 ke 2012 kisarannya naik sebesar 5%. Sementara harga bahannya sendiri dipatok dari 25 ribu-300 ribu tiap meternya. “Yah, yang penting naik , walaupun omset naik belum tentu untungnya juga naik, itu relatif lah ,” papar pria kelahiran Jakarta, 8 Januari 1962 ini.

Pelangganpun paling banyak berasal dari luar Jawa. Misalnya yang berasal dari Riau dan Padang, kebanyakan dari mereka adalah membeli jenis kain seragaman yang dipakai pada saat pesta pengantin. Biasanya mereka juga membeli borongan sekaligus untuk kemudian di jual lagi ke daerahnya. Selama ini, Anthony hanya mengandalkan pemasaran produknya melalui mouth to mouth. “Kalau buat grosir, sosial media nggak gitu efektif ya,” terang ayah 3 anak yang hobi olah raga taichi ini.

Berjubelnya pedagang yang memilih sistem borongan membuat riskan jika harus bertransaksi dengan uang tunai. Sebagai salah satu merchant BCA, untuk mengantisipasi hal tersebut, Anthony kemudian memaksimalkan layanan EDC BCA. Hal ini dinilai sebagai suatu kepraktisan yang memang menjadi prioritas utama konsumen saat ini selain tentu saja kenyamanan dan keamanan dalam bertransaksi.

“Dulu banyak kejadian uang hilang, tahu sendiri gimana ramainya Blok A? Tapi sekarang di sini sudah terkontrol ya. Ya 60%-an kebanyakan bayar dengan debit, jarang yang cash,” ungkapnya yang memaksimalkan layanan ini dari 5-6 tahun yang lalu.

Selain dari segi layanan, Anthony juga getol menanamkan prinsip kewirausahaan pada setiap karyawannya yang berjumlah 6 orang. Pertama kejujuran. Anak buahnya harus diingatkan selalu tentang arti penting kejujuran. “Kami tidak boleh cheat ke mana-mana. Dengan demikian orang akan percaya, jadi bisnis ini bisa jadi lebih gede. Dia akan balik lagi dan balik lagi kan?” tegasnya yang ke depan berkeinginan untuk menambah toko lagi. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved