Marketing Strategy

Komunitas VW Tanpa 'Bapak Angkat' Tetap Eksis

Komunitas VW Tanpa 'Bapak Angkat' Tetap Eksis

VW Indonesia adalah salah satu komunitas otomotif tertua di Indonesia. Di dalamnya banyak tergabung klub-klub VW di seantero Nusantara. Sejak Desember 2012, Herlambang Setyanto menjabat sebagai sebagai Ketua Harian VW Indonesia, membantu Soeyono sebagai Ketua Umum. VW Indonesia terlibat dalam kegiatan Pasar Jongkok Otomotif 2 (Parjo 2) yang diadakan 6-7 April 2013 lalu di Parkir Timur Senayan, Jakarta. Berikut perbincangan singkat dengan Herlambang, yang akrab dipangil Yanto ini:

Sejak kapan dan mengapa Anda jatuh cinta dengan VW?

Saya pertama kali belajar menyetir mobil dengan VW Combi milik orang tua, saat itu saya masih SMA. Sewaktu saya kenal dengan VW, di Jakarta sudah ada komunitasnya. VW sendiri masuk ke Indonesia di tahun 1980. Saya bergabung dengan klub VW di Jakarta tahun 1984. Di tahun-tahun itu VW merupakan mobil yang lazim dipakai orang untuk keperluan sehari-hari. Selain jadi mobil yang praktis, VW juga menjadi tren di kalangan anak muda, mungkin karena saat itu belum banyak varian merek mobil yang beredar di Indonesia. Sejak bergabung dengan komunitas VW di Jakarta, saya terlibat aktif di organisasi. Di tahun 1989 saya beralih menggunakan VW Beetle, dan saya diangkat menjadi ketua komunitas VW Beetle Jakarta. Komunitas VW terus berkembang, sampai di tahun 1992 berdirilah VW Indonesia. VW Indonesia didirikan untuk menjadi organisasi payung dari banyak klub VW yang sudah berdiri di beberapa kota besar di Indonesia, antara lain di Jakarta dan Surabaya. Sejak musyawarah nasional VW Indonesia kelima pada bulan Desember 2012 lalu di Cirebon, saya diangkat menjadi Ketua Harian VW Indonesia. Saat ini bernaung 72 klub VW di bawah VW Indonesia, dan kami bertugas sebagai mengkoordinasi dan menciptakan aturan main agar tidak terjadi benturan program di antara klub-klub VW. Jadi supaya tidak ada event yang terlalu berdekatan atau berbarengan.

Di mana saja sebaran klub-klub VW di bawah VW Indonesia?

Saat ini ada di hampir seluruh Jawa dan Sumatera. Anggota-anggota yang terbaru adalah Bengkulu, Riau, Padang, dan Dumai. Di kedua pulau itu hampir semua ibukota propinsi sudah ada, dan sekarang kami mulai merambah ke level kabupaten. Banyak sekali penggemar VW di Indonesia dan rata-rata mereka penggemar fanatik. Dulu VW banyak dipakai oleh pegawai negeri. Bentuknya juga sangat khas di benak semua orang. Sesuai dengan nama volkswagen yang berarti mobil rakyat, komunitas VW di Indonesia pun sangat merakyat, tidak eksklusif, dan kekeluargaan sendiri. Program-program kami sarat dengan nuansa ekonomi kerakyatan dan wisata. Meskipun kami (VW Indonesia) bernaung dalam IMI, namun segmen komunitas kami lebih cocok pada wisata, bukan segmen prestasi.

Apa tugas dan tanggung jawab sebagai Ketua Harian VW Indonesia?

Peran saya lebih banyak sebagai koordinator dari berbagai bidang dalam struktur organisasi. Pertama, saya lebih ke mengatur komunikasi antar anggota dalam organisasi. Kedua, jelas untuk mengenalkan lebih jauh VW kepada masyarakat Indonesia. Komunitas kami sering diundang ke Jerman dalam rangka gathering komunitas VW global. Saya sendiri setiap dua tahun sekali diundang ke Jerman. Bahkan, anggota komunitas kami ada yang sampai menjadi juri di acara komunitas VW luar negeri. Contohnya, komunitas VW Malaysia, mereka banyak belajar dari kami. Thailand juga. Di Asia, komunitas VW Indonesia merupakan yang terbesar, setelah itu Jepang. Kita memang sudah terkenal sebagai komunitas di dunia, karena komunitas ini sibuk sekali, di tahun ini saja ada 26 event. Dibanding dengan komunitas VW di luar, komunitas VW Indonesia tergolong solid, meskipun jauh jarak antar kota komunitas, namun silaturahmi tetap terjaga. Di Malaysia masih pecah-pecah.

Seperti apa saja jenis kegiatan wisata VW?

Semacam jambore, wisata reli, kontes kreativitas dan merawat VW, saat ini kami terus memasukkan konten sosial dalam setiap kegiatan kami, seperti tema-tema lingkungan. Bahkan ada bidang kesehatan dalam struktur kami karena sebagian besar anggota kami adalah dokter. Makanya ada kegiatan-kegiatan semacam sunat massal dan pemeriksaan kesehatan.

Bagaimana mengatur 72 klub anggota?

Kebetulan dalam struktur terdapat koordinator wilayah, seperti di Sumatera sendiri yang memiliki empat korwil. Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi pun memiliki korwil masing-masing.

Bagaimana tren mobil VW di Indonesia ke depannya?

Saya kira bagus, karena komunitas VW ini berjalan independen sejak dekade 80an tanpa ada ATPM (agen tunggal pemegang merek) atau APM (agen pemengang merek) bisa bertahan begitu lama dan berkembang. Jadi tanpa adanya ‘bapak angkat’ pun kita bisa jalan. Semua itu karena kebersamaan dalam komunitas VW kuat. Dengan adanya ATPM kami berharap VW Indonesia bisa lebih ekspansif, karena bisa membantu pendanaan kami dalam menjalankan program-program. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved