Universitas Baru Jebolan Sampoerna Janjikan 3 Gelar dalam 4 Tahun
Seakan mengikuti jejak korporasi yang lain untuk membuka unit bisnis baru di bidang pendidikan, Putera Sampoerna Foundation meluncurkan universitas bertaraf internasional, Universitas Siswa Bangsa Internasional (USBI) pada Sabtu, 1 Juni 2013. Universitas ini diklaim bukan hanya sebagai lembaga akademisi saja, namun juga siap mencetak jebolan-jebolan berkompetensi di atas rata-rata saat memasuki dunia kerja.
Nenny Soemawinata, Managing Director Putera Sampoerna Foundation, memaparkan bahwa cikal bakal USBI ini sebetulnya dimulai dari Sampoerna Akademik yang semula memang dikhususkan untuk anak-anak prasejahtera. Pada tahun ini, Sampoerna Akademik sendiri sudah menghasilkan 2 lulusan. “Tahun yang pertama, kami masih memikirkan setelah selesai SMA, mau dibawa ke mana nih anak-anak? Kami harus carikan universitas. Dan kembali lagi, komitmen Putera Sampoerna Foundation adalah mengarahkan anak-anak ini masuk ke universitas yang kualitasnya terbaik,” papar Nenny.
Ditambahkan Nenny bahwa antara tenaga kerja yang dibutuhkan di dunia kerja dengan lulusan yang ada saat ini terjadi gap. “Bagaimana sih gap itu diperkecil? Salah satunya dengan pendidikan. Nah waktu batch pertama lulus, karena kami belum ada universitas, kami kirim beberapa dari mereka ke luar. Sekarang adik-adik kita ini sedang ada di Indonesia selama 3 bulan. Karena di Amerika kan sedang summer. Saking mereka tidak mau nganggur, mereka pulang ke Indonesia selama 3 bulan. Ngapain? Tugas Sampoerna Foundation kan tidak saja terkait pendidikannya. Tapi juga bagaimana mereka masuk ke dunia kerja. Teman-teman ini semuanya, punya kerjaan nih selama 3 bulan. Ada yang di HNS, Boston Consulting Group, ada juga yang di Grup Sampoerna yang ada di Indonesia seperti Sampoerna Agro, Sahabat Sampoerna, dll. Tujuan kami adalah Putera Sampoerna Foundation ingin memberikan satu learning journey yang bisa menghasilkan lulusan terbaik,” tambahnya.
Program di USBI sendiri memang di-setting berbeda dengan universitas lain karena menawarkan tiga gelar sekaligus dalam empat tahun pendidikan. “Yang pertama, langsung kirim ke Amerika. Tapi kami juga berpikir, kalau ke Amerika terus, biayanya kan cukup mahal. Jadi akhirnya bagaimana sih supaya bisa mendapatkan international quality education, tapi biayanya bisa terjangkau? Tidak saja bagi anak-anak kami yang prasejahtera, tapi juga bagi masyarakat lainnya. Salah satu upaya kami adalah bekerja sama dengan Lone Star Community College,” terang Nenny yang menyebutkan kisaran biaya kuliahnya mencapai Rp 46-200 juta.
Kenapa kemitraan ini harus terjadi? Nenny mempertegas karena faktor harga tadi. Jika digabungkan dengan Lone Star Colege, paling tidak biayanya sama dengan UPH, tapi kali ini bisa dapat degree 2, akreditasi dari Indonesia maupun Amerika, ditambah 2 tahun dapat associate degree. “Artinya setelah 2 tahun mendapat associate degree, mereka bisa pergi ke universitas manapun di seluruh dunia, yang penting angkanya harus kami jaga. Inilah kenapa kami membuat USBI,” tambahnya.
Memang ditegaskan kembali oleh Nenny bahwa komitmen USBI nomor satunya adalah kualitas.” Sebagai contoh, kemarin saya ke graduation yang Malang dan Palembang. Tahun lalu, di sana sudah ada yang masuk juga di beberapa universitas terbaik di Indonesia. Itu saja education qualitynya tidak sama antara adik-adik yang kuliah di Amerika dengan yang kuliah di Indonesia. Tapi ada juga sebagian yang sekolahnya di Lone Star Colege. Yang kami upayakan adalah bagaimana kami bisa memberikan perjalanan pendidikan yang utuh sehingga adik-adik ini bisa bekerja dan membangun Indonesia di kemudian hari,” pungkasnya. (EVA)