Management Strategy

Bisnis Mode Muslim, Padukan Dua Sisi Bisnis

Bisnis Mode Muslim, Padukan Dua Sisi Bisnis

Para pembicara seminar: Ali Charisma, Yuswohady, Eka A. Ardianto (ki-ka)

Rupanya mode mengandung 2 sisi, kreativitas dan bisnis. “Sisi bisnis lebih penting daripada kreatifnya,” tegas Ali Charisma di depan peserta seminar How to: Blending Culture into Fashion (1/6). Pasalnya, kreativitas mode, termasuk mode Muslim, harus terus dengan selera konsumen. Dan kapanpun tradisi berpakaian berubah, mode akan mengikuti.

Agar sisi bisnis terpenuhi, produk mode mesti gampang dikenakan (wearable) dan berharga kompetitif (affordable). Sementara itu, sisi kreatifnya muncul lewat orisinalitas, kebaruan, dan tentunya kejutan (surprise). “Semuanya mesti terlihat dalam 1 runway show,” ujar perancang Bali tersebut.

Namun, berjualan mode sebenarnya berjualan emosi. Agar emosinya berkesan bagi konsumen Muslim, mesti ada otentisitas. “Bahan bakarnya budaya lokal,” ujar Yuswohady, Program Director Indonesia Brand Forum. Jika busana Muslim dipadu budaya daerah, hasilnya, idenya selalu segar dan brand menguat.

IIFF 2013

Dengan jumlah penduduk Muslim berkisar 207 juta jiwa, Indonesia punya kesempatan emas menjadi ikon mode Muslim. “Jumlah tersebut merupakan 23% dari umat Muslim dunia. Indonesia pantas menjadi kiblat mode Muslim,” ucap Yuswohady yakin.

Untuk memberi ruang tumbuh bagi mode Muslim bernuansa budaya daerah, digelar Indonesia Islamic Fashion Fair 2013 selama 30 Mei-2 Juni lalu. Pameran ini mengekspos 150 label busana, baik yang berskala perorangan maupun perusahaan. Sejumlah produk mencerminkan inspirasi dari daerah, di antaranya menggunakan tenun Donggala (Nieta Hidayani), tenun Bali (tas Umbara), dan batik (Qonita Gholib). (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved