Management Strategy

Dampak Kenaikan BI Rate terhadap Perusahaan Pembiayaan

Oleh Admin
Dampak Kenaikan BI Rate terhadap Perusahaan Pembiayaan

Beberapa waktu lalu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 basis poin menjadi 6,5 persen. BI beralasan, itu perlu dilakukan untuk menjaga nilai tukar rupiah dan mengantisipasi kenaikan inflasi. Kebijakan yang dipandang baik terhadap perekonomian Indonesia tersebut mempunyai dampak terhadap perusahaan-perusahaan pembiayaan. Kucuran pembiayaan, misalnya untuk kendaraan bermotor, bisa menurun seiring dengan kenaikan suku bunga.

Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia sekaligus Presiden Direktur PT Chandra Sakti Utama Leasing

Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia sekaligus Presiden Direktur PT Chandra Sakti Utama Leasing

“Dampak BI rate sebenarnya kalau kami (Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia) katakan, saya katakan BI rate ini dampaknya pasti akan ke perusahaan pembiayaan, tentu pada pelanggan yang baru. Kalau pelanggan yang lama dia sudah dengan bunga yang lama, karena fix selama tiga tahun cicilannya tidak akan berubah,” terang Suwandi Wiratno, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia sekaligus Presiden Direktur PT Chandra Sakti Utama Leasing, ketika ditemui di sela-sela acara seminar yang diselenggarakan asosiasi, di Jakarta.

Bagaimana prosesnya pelanggan yang baru bisa terkena imbas dari kenaikan BI rate? Ia menjelaskan, ketika BI rate naik maka bank-bank akan menyesuaikan suku bunganya. Maka perusahaan pembiayaan mendapatkan pinjaman dari bank dengan suku bunga yang baru. Otomatis, menurut Suwandi, “Kalau itu (suku bunga) naik pasti akan diteruskan ke konsumen baru. Jadi, mereka yang akan dikenakan suku bunga yang baru.”

Berikut detail wawancara dengan Suwandi terkait dampak BI rate dan tren pembiayaan menjelang Idul Fitri.

Seiring dengan kenaikan BI rate apakah sudah ada perusahaan pembiayaan yang menaikkan suku bunganya?

Kalau ditanya apakah sekarang sudah ada kenaikan, saya rasa satu atau dua perusahaan pembiayaan mungkin sudah menaikkan. Tapi belum semua perusahaan pembiayaan menaikkan. Kalau dampak terhadap pembiayaan menjelang Idul Fitri nggak akan kelihatan, baru kita lihat dampaknya setelah Idul Fitri.

Ada kabar bahwa BI kemungkinan menaikkan suku bunga acuannya lagi, lalu dampaknya seperti apa?

Kalau bicara BI rate naik lagi, yang sekarang ini kami dengar kenaikannya juga akan seiring dengan bank menaikkan suku bunga. Saya dengar bank akan menaikkan suku bunga sebesar 0,5-1,5 persen. Kalau itu terjadi terutama di sepeda motor, kenaikan 1 persen, misalnya, itu tidak akan terlalu signifikan tehadap cicilan. Karena setiap kenaikan 1 persen paling cicilan hanya naik Rp 10.000-15.000. Kalau mobil ya lumayan, kalau mobil yang seharga Rp 100 juta, ya dikalikan 10, ya Rp 100.000an. Tergantung dari nilai jumlah utangnya sendiri.

Tetapi, yang perlu dicermati bukan hanya kenaikan suku bunga ataupun cicilannya, yang perlu dicermati adalah naiknya inflasi. Karena apa? BI menaikkan suku bunganya kan untuk mencegah inflasi, karena iklim juga sedang tidak bagus, lihat harga sembilan bahan pokok naik. Nah, kalau harga kebutuhan-kebutuhan ini naik orang ambil motor dan mobil nggak? Yang pasti kan perut dulu. Nah, itu yang perlu dicermati.

Strategi perusahaan-perusahaan pembiayaan untuk tetapi bisa mencapai target pembiayaan masing-masing?

Kalau bicara target perusahaan pembiayaan, masing-masing beda. Ada yang khusus di pembiayaan baru ya mereka berusaha untuk memperbaiki servis dan lain sebagainya. Ya kalau bisa mereka mengambil pangsa pasar dari yang lain. Kalau bicara yang pembiayaan mobil baru dan bekas, kemungkinan pembiayaan bekasnya akan mereka tingkatkan supaya volume mereka nggak turun.

Mengenai tren pembiayaan di bulan Ramadan seperti apa?

Kalau bicara pembiayaan menjelang Idul Fitri sudah dimulai kenaikannya dari bulan Juni dan Juli. Biasanya ada kenaikan 10 persen di bulan Juni, bila dibandingkan bulan sebelumnya. Lalu, di bulan Juli ada kenaikan penyaluran pembiayaan sebanyak 10-15 persen dari bulan Juni.

Mengenai angka, penjualan sepeda motor di bulan Juni itu sekitar 600 ribu unit, mungkin sekitar 70 persennya adalah kredit, atau sekitar 420 ribu unit. Kalau itu sepeda motor baru. Nah, kalau sepeda motor bekas, saya nggak punya datanya. Begitu juga mobil, saya rasa meningkat tetapi saya nggak punya data terakhir. Menjelang Idul Fitri, biasanya di bulan Juni sudah mengalami peningkatan, Juli ini peningkatannya cukup baik juga.

Kenapa ada kenaikan? Satu, menjelang Idul Fitri, biasanya penjualan mobil dan motor memang naik. Kedua, karena orang dengar mau ada kenaikan suku bunga, maka biasanya orang akan beli dulu daripada bunganya naik. Karena kalau kredit motor dan mobil kan ratenya tetap.

Kalau sampai akhir tahun pembiayaan akan seperti apa?

Tahun lalu, kalau untuk sepeda motor penjualan sekitar 7 juta unit, dan melihat data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) kemungkinan naik sekitar 0-5 persen tahun ini. Bisa dikatakan kecil kenaikannya. Kalau untuk mobil diperkirakan 0-10 persen dari tahun lalu. Tahun lalu, mobil penjualan sebesar 1,1 juta. Jadi, tidak ada kenaikan yang sangat besar, karena uang muka kan naik. Karena uang muka naik kemarin terjadi perlambatan sejak tahun kemarin dan tahun ini. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved