Muhammad Rizky Nazer

Saat masih kuliah, Muhammad Rizky Nazer bercita-cita menjadi CEO sebelum usianya 40 tahun. Terdengar muluk memang. Namun, inilah yang mendorongnya menjadi pribadi yang berani menghadapi tantangan dan mengambil risiko. Pria kelahiran Jakarta 3 Oktober 1982 ini rela keluar dari zona nyamannya di PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk., dan bergabung ke PT Trakindo Utama sebagai Manajer Enterprise Risk Management (ERM).

Menurutnya, cita-cita menjadi CEO itu bermula dari rasa terkejutnya ketika melihat Chelsea dibeli oleh Roman Abramovich dan mendadak jadi klub paling kaya dengan transfer pemain yang jorjoran. Ia pun penasaran dan mencari tahu sosok Abramovich yang ternyata merupakan pengusaha dari Rusia dan telah menjadi CEO di usia yang baru 36 tahun. “Kayaknya keren punya cita-cita jadi orang sekaya dia,” ungkap sarjana teknik industri dari Universitas Trisakti yang langsung melanjutkan kuliah di Jurusan Pemasaran Universitas Indonesia ini.

Namun, perjalanan memang tak selalu mulus, bahkan untuk seorang lulusan S-2. Rizky sempat menganggur selama delapan bulan setelah lulus S-2 sebelum akhirnya diterima di Garuda sebagai Analis Manajemen Jejaring. Diakuinya, Garuda memberinya banyak kesempatan belajar dan memiliki beberapa sertifikasi profesional. Namun, itu tidak lantas membuatnya puas dan takut keluar dari zona nyaman.

Ayahanda M. Mikko Macaesa dan Rizmeldi ini berprinsip, selagi masih muda dan memiliki banyak kesempatan, ia harus terus belajar berbagai hal baru. “Belajar itu tidak harus selalu vertikal sampai detail, tetapi juga horisontal ke samping. Kalau mau sampai taraf CEO atau direktur utama, wawasannya harus sudah bukan yang spesifik ke bawah lagi, tetapi harus horisontal ke samping,” pria yang hobi menyanyi, musik, dan memakai gadget ini menegaskan. Ke depan, secara personal dan karier, ia ingin mengimplementasikan ERM dengan baik dan membuat risk management dapat menjadi core values untuk setiap insan yang berkarya di Trakindo.

Gustyanita Pratiwi