Vincentia Laksono, Getol Jualan Online Hingga Kopi Durian
Postur boleh mungil, tapi ide bisnisnya luar biasa besar. Begitulah citra seorang Vincentia Laksono, wirausahawati muda yang kini tercatat sebagai mahasiswi tingkat akhir Kampus IT & B Medan. Anak pertama dari 2 bersaudara, kelahiran 1 Agustus 1992 ini memang cakap dalam berbisnis.
Meski baru tahap kecil-kecilan, namun ia tak kekurangan akal. Dirambahnya 3 bisnis sekaligus, mulai dari online shop(khusus baju dan pernak-pernik), EO, sampai kopi durian. Alhasil, salah satu finalis Putri Wirausaha Kreatif 2013 dan Putri Favorit Real Estate Indonesia asal Sumatera Utara 2012 ini banjir omzet. Lantas bagaimana dara yang juga berkecimpung di dunia model ini mengatur waktunya untuk handling ke-3 bisnisnya ini? Berikut penuturannya kepada Gustyanita Pratiwi dari Swa Online :
Bagaimana awal mula Anda berbisnis?
Jadi ceritanya bermula dari SMP, saya senang aksesoris. Saya beli grosiran, ambil banyak, lalu jual ke teman-teman. Tidak tahu kenapa timbul ide untuk mencicil, hahaha… !! Misal Rp 15 ribu dicicil ambil seribu-seribu, besoknya ambil 12 ribu, selesai. Akhirnya dalam 1 minggu bisa untung Rp 500 ribu. Lumayan kan untuk takaran zaman SMP?
Naik ke SMA, kebetulan saya juga dapat beasiswa. Jadi menolong sekali untuk memperlancar kegiatan ini. Sebenarnya uangnya cukup sih untuk saya jajan, tapi saya lebih suka membelanjakannya untuk keperluan saya berbisnis. Waktu itu, saya tidak lagi ambil barang dari Medan, melainkan saya datangkan langsung dari Hongkong dan China.
Lantas waktu itu media jualannya lewat apa?
Di zaman itu kan belum ada Facebook, jadi saya pakai friendster dulu. Ternyata responnya bagus sekali. Bahkan pembelinya ada yang sampai Singapura dan Malaysia juga. Puji Tuhan, online shop saya bisa jalan hingga kelas 2 SMA. Waktu itu sampai diliput oleh salah satu media di Medan juga. Sayangnya, ketika tiba-tiba gejolak US$ naik, dan karena waktu itu saya masih pakai sistem PO, jadi saya tidak berani berspekulasi. Apalagi di sini saya tidak ada pembimbing. Orang tua juga tidak tahu saya bisnis ini. Jadi akhirnya saya putuskan untuk stop dulu usaha ini.
Setelah jualan online yang pertama berhenti, lalu apa yang Anda lakukan?
Setelah usaha pertama berhenti, saya lalu mengajar bahasa Inggris di bimbingan belajar sampai tamat SMA. Setelah itu saya ditawari kerja di Jakarta, dimana basecampnya ada di Jakarta dan Hongkong. Jadi ketika saya datang dari Medan ke Jakarta, saya menemukan fakta baru. Di sana barangnya murah-murah untuk pembelian direct. Kemudian saya cari tahu caranya. Habis itu saya jalanin lagi onlineshop saya dengan nama VL Collection. VL ini berasal dari inisial nama saya sendiri, Vincentia Laksono.
Apa saja yang Anda tawarkan di VL Collection?
Baju, tas, dan aksesoris. Tapi saya lebih fokus ke gaun-gaun malam. Kebetulan di Medan itu suka ada baju-baju yang kalau di 1 toko ada, semuanya juga harus ada. Sementara saya kan profesinya sebagai model juga, jadi saya senang kalau misalnya sedang pesta, pakai baju yang tidak sama dengan punya orang lain. Dan semua orang pun pasti punya prinsip seperti itu. Sehingga begitu masuk selusin/setengah, saya ambil 1-2 nih, tapi saya ambil yang warnanya beda. Misalnya saya hitam, yang lain tersebar.
Ada website-nya tidak sekarang?
Sejujurnya saya tidak ada website. Saya hanya pakai BB saja. Display We Chat diganti-ganti. Itu saja. Memang mereka khusus cari saya untuk bantu cari warna apa, kirim, selesai. Seperti itu saja. Simpel.
Memanfaatkan media sosial juga?
Tidak. Karena memang dari dulu saya yang touching ke orangnya langsung. Pada akhirnya mereka selalu jadi sahabat saya. Karena kan mereka, cerita, butuh ini, ini, ini. Nah, kalau di facebook ingin konsultasi misal ukurannya besar,dll, itu kan terlalu open menurut saya.
Selain via BBM, dengan apa lagi, supaya orang bisa tahu dan percaya dengan produk Anda?
Selain itu, saya hanya ikut bazar-bazar. Saya juga buka galeri di rumah saya sendiri (di lantai bawah). Dan itu sudah jalan 5 tahun sampai kemarin. Adik saya pun akhirnya mengikuti jejak saya untuk buka online shop juga. Tapi dia tidak buka galeri seperti saya, jadi masih sistem PO. Tapi puji Tuhan, dia bisa
Selama ini yang pesan dari mana saja?
Jakarta, Papua, bahkan Malaysia, dll.
Omzetnya ?
Bisa mencapai 10-15 juta per bulan.
Kalau bisnis Anda yang EO?
Namanya DE Production (tadinya bernama Blink Production, EO yang khusus menangani perayaan ulang tahun saja). Tapi beranjak ke sini, saya ingin menampilkan sesuatu yang lebih dewasa lagi, berbekal ilmu yang sudah saya dapat sebelumnya, lantas saya mencoba untuk membuka DE Production.
DE production ini didirikan sendiri oleh atau dengan kolega?
Kami tim karena kekeluargaan di sebuah EO memang dituntut tinggi. Kami butuh tim yang senang bekerja keras, bukan hanya memikirkan uangnya, tapi juga hasilnya. Kami punya visi yang sama di sini.
Jumlah timnya?
3 orang termasuk saya. Cowoknya saya butuh 2. Satu yang angkat-angkat, satu lagi yang bagian back stage. Jadi andaikata ada acara, kami baru ambil freelance partner. Tapi untuk tim inti, yang saya percayakan baru 3 orang.
Ini khusus terima acara di Medan saja?
Bukan khusus sih. Andaikata ada permintaan di luar juga kami terima.
Berarti hampir semua event ditangani?
Iya. Kemarin kami sempat menangani klien Springbed (pabriknya kebetulan ada di Medan) untuk menguji ketahanan per-nya. Karena kami senang dengan ide-ide yang berbeda, lain dari yang lain, maka dengan menggunakan gajah seberat 0,8-1 ton, kami ingin tampilkan konsep dimana gajah tersebut naik di atas Springbed untuk menguji ketahanan per-nya. Dari situ itu sukses. Per-nya benar-benar tidak patah. Bahkan sampai dapat rekor MURI segala.
Ide lainnya adalah para modelnya kami gambari pipinya untuk kami publish sebagai iklan berjalan di mal-mal tanpa ada kamera sedikitpun. Jadi terlihat seperti orang yang jalan biasa di mal, tapi sebenarnya di-set untuk iklan. Seperti itulah yang kami tawarkan.
Selain untuk iklan komersial, apalagi event yang ditangani?
Di weddingpun sama. Kami menawarkan sesuatu yang sesuai dengan karakter konsumen. Mungkin kalau di Medan, rata-rata konsep weddingnya sama. Tapi kalau di sini sudah berbeda-beda. Namun demikian, meski adatnya begitu, kami tetap memunculkan sesuatu yang berbeda. Dan karena saya bertindak sebagai MC juga, jadi saya punya peran ganda. Kadang saya ambil MC-nya doang, productionnya tidak diambil ya tidak masalah. Ketika mereka menginginkan saya terjun ke productionnya, otomatis saya akan memberikan peran MC ke MC lain, sementara saya yang mengatur back stagenya.
Selain wedding?
Yang lainnya seperti farewell di Medan. Kebetulan ada satu sekolah yang benar-benar terkenal namanya Sutomo 1 Medan. Kami juga sudah beberapa kali mengadakan acara dengan sekolah tersebut. Yang lainnya mungkin private party, konsepnya seperti birthday party tapi sifatnya lebih privasi. Di sini, kami juga menyediakan sesuatu yang mereka inginkan, seperti Disk Jokey (DJ) atau lainnya. Tapi kami masih mengontrol sisi positifnya.
Berapa harga yang dipatok?
Kami kembalikan lagi ke klien. Kami tidak memaksakan dengan budget sekian. Andaikata kami menerapkan sistem paket, yang jadi masalah adalah apakah itu sesuai dengan keinginan mereka. Yang namanya paket, kan biasanya mix antara yang bagus dan yang kurang, makanya bisa murah. Jadi karena kami ingin membuat sesuatu yang beda, unik, serta terbaik untuk pelanggan, maka kami tanyakan terlebih dulu maunya konsumen apa. Jadi budgetnya beragam. Ada yang minta 10 juta untuk ulang tahun, 20 juta untuk wedding dengan kapasitas berapa orang, dll. Karena tujuan kami bukan hanya uang. Kami kan juga ingin mewujudkan cita-cita orang. Kan kasihan kalau orang mau wedding, ingin ke kehidupan baru, uangnya malah dimakan semua untuk weddingnya.
Event termahal yang pernah ditangai sampai berapa?
Kalau termahalnya pernah ada yang minta Rp 50 juta. Karena ada yang minta sampai dekorasi depan plus belakang, atas bawah, sampai dinding-dindingnya dibungkus dengan bunga. Percaya nggak, kalau misal dibungkus semua, lalu dibuat ada kolam, itu kan bisa sampai ratusan juta. Jadi harga menentukan kualitas. Tapi bukan saya bilang yang Rp 10 juta tidak ada kualitasnya. Ada kualitasnya, tapi disesuaikan dengan harganya.
Total bisnisnya ada berapa sih?
Kalau dirunut, usaha saya ada beberapa. Seperti yang saya sebutkan tadi ada VL Collection, DE Production, untuk properti itu Gunung Mas (masih proses), dan satu lagi saya juga ada makanan, meskipun ini hanya sampingan dan tidak ada label.
Boleh diceritakan yang bisnis kuliner ini?
Jadi saya sempat bekerja sama dengan teman saya yang ada di Pineng (Malaysia). Di situ kami bikin kopi durian. Ingat nggak, durian Indonesia yang paling enak ada dimana? Jawabannya pasti Medan. Kopi yang paling enak ada dimana? Jawabannya pasti Medan juga yaitu kopi Sidikalang, . Pernah nggakcobain durian luar negeri rasanya seperti apa? Durian luar negeri itu gede-gede, tapi rasanya tidak seenak dan semanis durian kita. Jadi kenapa tidak bikin kopi durian saja? Sebenarnya saya olah durian ini menjadi 2 produk. Satu pancake durian, satu lagi kopi durian. Yang kopi durian ini dikelola oleh teman saya yang ada di Pineng. Di sana ada pasarnya. Kebetulan di sana semuanya sedang bersaing. Tidak tahunya laku. Sekarang sedang proses mau masukin ke Indonesia.
Kenapa dari Malaysia dulu lalu baru masuk ke Indonesia?
Karena awal-awalnya juga hanya coba-coba saja. Di Medan kan tidak ada kopi durian. Kalau misalnya kami gebrak, nanti kaget. Jadi adaptasi dulu. Kalau di sana okey, kenapa tidak masukin ke sini?
Dalam bentuk apa sih?
Sachet. Durian asli dijadikan bubuk, disatukan dengan kopi. Sekarang sudah masuk ke bandara Pineng. Baru setelaha akan kami bawa ke sini, tapi masih dalam proses antara nama tempat dan pengubahan nama, karena pastinya kami akan mengurus ke BPOM Juga.
Omzet bisa sampai berapa?
Lumayan bisa sampai 30-35 juta/bulan. Kebetulan ini juga bisnis iseng. Kami suka apa, itu yang dijalani. Jadi tidak ada pusingnya.
Dengan menangani bermacam-macam bisnis, apa strategi yang Anda terapkan supaya semuanya bisa balance?
Ya saya tidak terjun langsung. Saya akan ikuti ketika ada proyek-proyek saja. Bisa dibilang ini akan berjalan dengan sendirinya. Kalau baju biasanya direct dari saya. Karena saya senang mem-fashion-kan orang. Jadi triknya, dibawa enak saja sih. Tapi tetap saya musti ada waktu untuk diri saya sendiri. Kebetulan saya masih kuliah dan sedang menusun skripsi. Jadi dari bangun tidur, saya mandi, berangkat kuliah dan mengemban ilmu pendidikan saya. Sebenarnya saya juga aktif di kampus. Saya tidak bisa bilang, orang yang tidak aktif adalah orang yang tidak bisa bisnis. Karena itu sesuai dengan karakter masing-masing. Kebetulan karakter saya memang senang aktif, orangnya tidak bisa diam. Beres kuliah, baru saya urus apa yang perlu saya urus. Contoh, online shop, saya akan online terus, karena HP saya ada beberapa. 1 khusus untuk online, 1 khusus untuk pribadi. Kalau sudah jam 9 malam, itu saya khususkan untuk keluarga.
Diantara keempat usaha ini, mana yang paling menarik dan membuahkan hasil?
Secara keuntungan, yang sistematis pastinya fashion, karena setiap hari pasti ada orderan. Sedikit tapi teratur. Sedangkan yang lain, keuntungan bisa jauh lebih besar, tapi sifatnya tidak teratur.
Kabarnya Anda juga aktif di beberapa kegiatan?
Kebetulan kemarin saya terpilih sebagai Jaka-Dara Medan. Tapi saya hanya finalis dan satu-satunya yang keturunan Chinese. Setelah Jaka Dara, saya lanjut ke Putri Real Estate Indonesia 2012. Puji Tuhan, saya terpilih dan mendapatkan bermacam pengarahan. Jadi akhirnya bisa dekat dengan para developer. Jadi, ketika masa jabatan saya selesai, saya bisa dapat koneksinya. Customer saya rata-rata berasal dari koneksi tersebut. Kira-kira saya ambil 2,5% dari sana. Dengan sistem networking, saya juga ada kerja sama dengan Podomoro. Ya mudah-mudahan kalau sudah resmi dengan izin pemerintah dan sebagainya kami akan buat Gunung Mas Agensi yang sekarang masih dalam proses.
Harapan ke depan?
Bisnis itu sebenarnya tidak pernah berhenti belajar. Belajar juga intinya sama. Tapi menurut saya, pengalamanlah yang menguatkan kita. Harapan untuk ke-4 bisnis ini pastinya ingin semakin besar. Dari sini saya belajar untuk membuat tim supaya mereka bisa mandiri, bukan bayi lagi yang lengket sama saya. Tapi saya bisa running ini dengan sendirinya sehingga akhirnya tinggal meninjaunya saja. (EVA)