2020, Pemakaian LED di Indonesia Tembus 60%
Rasio pemakaian lampu light emitting diode (LED) hanya 1 : 15. Bayangkan betapa jauh selisihnya dengan perbandingan di Singapura 1 : 5 dan di China 1:3. Buat PT Philips Indonesia, selisih tersebut menyediakan lahan yang wajib digarap.
“Awareness di [konsumen] rumahan sudah ada. Dan [awareness] gedung komersial sebenarnya sudah sangat bagus,” ungkap Danny Hardadi Gunadi, Marketing Manager Commercial & OEM PT Philips Indonesia pada acara media briefing kemarin (26/8).
Dijaminnya, kalau 1 dari tiap 15 rumah saja di Indonesia mau beralih ke LED, biaya yang bisa dihemat mencapai Rp100 miliar dalam setahun. Ini setara dengan menanam 595.000 pohon.
Maka, pihaknya mulai menggalakkan program Philips Turnkey Project and Services (TPNS) pada 2011. Sejumlah pihak sudah memanfaatkan layanan konversi lampu konvensional menjadi LED yang diberikan TPNS. Ada hotel, mal, apartemen, rumah sakit. Yang disasar berikutnya adalah industri.
Danny menyebutkan pula bahwa Philips Indonesia memperkenalkan lampu LED sejak 2010 lalu. Amat disayangkan, sebagian besar gedung komersial merasa terhambat berkonversi ke LED. Alasannya, enggan mengeluarkan investasi yang bisa 2-3 kali lebih mahal.
Sebagai solusi, TPNS menjanjikan jasa zero capex untuk konversi dari sistem penerangan konvensional ke LED. Ada 12 gedung komersial yang memanfaatkan program tersebut tahun ini.
Adapun tahun lalu, salah satu yang menggunakannya adalah Margo City Depok.
Dengan keberanian menawarkan zero capex, Philips yakin sangggup meraih target 20% penduduk Indonesia menggunakan LED dalam jangka pendek. “Tahun 2020, Saya cukup optimis komposisinya bisa berbalik, 60% LED dan 40% konvensional,” ucap Danny cerah.(EVA)