Sanex Menggebrak Pasar Ponsel
Gebrakan Sanex ini memang mengundang skeptisisme sejumlah pengamat. Pasalnya, ekuitas mereknya belum teruji. Di kategori barang elektronik, Sanex belum bisa berbuat banyak. Juga, di sepeda motor, namanya segera tenggelam setelah diluncurkan. Jadi, apa lagi yang akan diandalkan?
Tentu, SanexTel punya perhitungan matang memasuki bisnis serius ini. Hal itu, antara lain, terlihat dari upayanya berpromosi secara rajin di berbagai media cetak dalam tiga bulan terakhir. Selain promosi di media cetak, SanexTel juga mengadakan event di mal-mal di Jabotabek untuk mengenalkan produknya lebih dekat ke konsumen.
Masih dari sisi promosi, langkah terpentingnya, melakukan co-branding dengan Telkom Flexi selaku operator CDMA. “Pokoknya, di mana ada Flexi di situ ada Sanex,? ujar Edy Santoso Setiawan, Direktur Pemasaran SanexTel seusai konferensi pers di Hotel Regent beberapa waktu lalu.
Upaya co-branding ini jelas amat menguntungkan Sanex. Pasalnya, Telkom Flexi ke depan ditengarai menjadi operator CDMA yang paling berpotensi menguasai pasar, mengingat jaringannya yang sangat luas dan dana yang cukup berlimpah untuk investasi pengembangan. “Dalam waktu dekat kami akan investasi sekitar Rp 2 triliun untuk membangun Flexi,? kata seorang General Manager Telkom Flexi kepada SWA. Bagi SanexTel, dengan mengikuti ke mana Flexi bergerak mengembangkan satuan sambungan telepon, pihaknya akan mendapat kue pasar baru.
Manajemen SanexTel nampaknya cukup yakin dengan masa depan ponsel CDMA-nya. Dalam beberapa kesempatan Eddy sempat mengatakan, SanexTel berharap meraih 40% pasar ponsel fixed wireless CDMA, menyusul penjualan 10.000 unit produknya. “Kami tidak memberikan target kuantitas, namun market share sebesar 30%. Itu sudah tercapai. Kami berharap mudah-mudahan bisa mencapai 40%,” kata Eddy. Ia yakin produknya bakal sukses karena, menurutnya, dibanding vendor-vendor ponsel CDMA lain, pihaknya paling siap, terutama dari sisi jaringan penjualan maupun servis.
Dalam bersaing pihaknya menyiapkan dua hal, yakni produk dan pelayanan. Dari sisi pelayanan, pihaknya akan perlahan-lahan meluaskan jaringan. “Artinya, tiap pemakai ada masalah, akan kami beri pelayanan,? katanya. Sementara itu, dari sisi produk, SanexTel berusaha melahirkan ponsel dengan fitur mutakhir dan harga terjangkau, tapi kualitas bagus serta cakupan produk terluas.
Saat ini Sanex menyediakan berbagai ponsel CDMA dari kelas low end, midle end hingga high end. Varian produknya, antara lain SC 2000-1X, yaitu SC-9889, SC9550, SC-9350 dan SC-9350PCS. Kemudian juga tipe SC-7080, SC-9530 dan SC-5200. Eddy menjelaskan, produknya ada yang bisa beroperasi pada frekuensi 1.900 MHz ataupun 800 MHz. Yang pasti, sebagai vendor ponsel, pihaknya memang berkonsentrasi penetrasi di ponsel CDMA.
Sanex adalah produk milik pengusaha lokal yang diproduksi di Korea Selatan — negara yang perkembangan teknologi CDMA-nya paling pesat. SanexTel melakukan alih daya ke sejumlah pabrikan di Negeri Ginseng itu. Manajemen Sanex mengatakan, bila sambutan pasar amat bagus, pihaknya segera akan merelokasi pabriknya ke Indonesia. Untuk rencana relokasi itu, grup Sanex kabarnya siap menanamkan investasi sedikitnya US$ 100 juta.
Kalau langkah Sanex itu terealisasi, jelas menjadi berita besar. Sebab, selama ini tak satu pun pemasar ponsel di Indonesia melakukan proses produksi di Indonesia, baik produk-produk ponsel GSM maupun CDMA. Bila Sanex sudah memulai, hal itu tentu bakal mendorong pabrikan lain menyusul merelokasi pabriknya ke Indonesia. Begitulah harapannya!