Berita BCA Berita BCA

Bangkit dari Keterpurukan dengan Modal Kepercayaan

Bangkit dari Keterpurukan dengan Modal Kepercayaan

Ketika memutuskan untuk berbisnis, para pelaku bisnis harus siap mengalami jatuh bangun dalam proses membangun bisnisnya tanpa mudah menyerah. Itulah prinsip yang dipegang Hartono Kosasih. Pria kelahiran Banjarmasin, Kalimantan Selatan ini telah membuktikannya. Kegigihan dan kerja keras membangun usaha garmen yang dirintisnya sejak tahun 1979, kini membuahkan hasil yang menggembirakan. Dengan mengusung brand Caroline Kosasih usaha garmennya kini tersebar dan dikenal berbagai kalangan.

Hartono Kosasih, pemilik brand Caroline Kosasih ini tumbuh dan berkembang bersama Bank BCA.

Hartono Kosasih, pemilik brand Caroline Kosasih ini tumbuh dan berkembang bersama Bank BCA.

Ketertarikannya di bidang usaha garmen diawali ketika mengenal aneka warna, bahan dan kualitas tekstil dari orang tuanya yang kebetulan membuka usaha tekstil di Kalimantan. “Lalu terpikir oleh saya. Kenapa tidak memproduksi pakaian ready to wear. Padahal banyak orang yang ingin langsung memiliki pakaian jadi tanpa repot ke tailor,” tuturnya.

Di kota kelahirannya, 34 tahun lalu, Hartono mulai membuka usaha garmen. Namun setelah memilih tinggal di Surabaya Jawa Timur, pada tahun 1986, Hartono memutuskan memproduksi pakaian jadi sendiri dengan 10 mesin. Langkah awal yang dilakukannya adalah mencari supplier serta karyawan.

Hartono pun rajin mengamati mode fashion yang sedang nge-trend untuk membuat desain yang selalu up to date dan menyesuaikan selera pasar. “ Kalau melihat orang menggunakan baju buatan kita dan tampak semakin menarik, saya ikut senang, “ tuturnya. Seiring waktu dan semakin banyaknya pelanggan yang menggemari pakaian jadi yang diproduksinya, Hartono juga ingin memiliki kepastian dan kekuatan hukum atas brand garmen-nya tersebut. “Saya perhatikan merek-merek internasional. Kalau mau bagus, kita juga harus punya merek sendiri,” katanya. Lalu dipilihlah brand Caroline Kosasih, terinspirasi dari nama putri pertamanya yang bernama Caroline, dan segera diregitrasikan.

Di awal bisnisnya, Hartono memilih fokus pada produksi pakaian pria. Alasannya karena cenderung lebih mudah diproduksi. Tapi ternyata competitor produsen pakaian pria memiliki modal cukup kuat. Di sisi lain, desain pakaian pria tidak banyak variasi dan tidak banyak mengalami perkembangan. Akibatnya Hartono menderita kerugian dan terlilit utang yang cukup besar.

Tak mudah putus asa, Bapak tiga anak ini memutuskan pindah haluan dan mulai memproduksi pakaian wanita. Untungnya, berkat sifatnya yang supel, banyak teman dan supplier bahan pakaian yang masih mempercayainya. Perlahan Hartono mulai bangkit dari keterpurukan.

Target pasar yang dipilihnya adalah kelas menengah. Alasannya, karena yang dijualnya bukan sekedar baju melainkan juga mode dan desain. Dengan begitu value-nya juga meningkat. “Orang akan membayar lebih jika model yang ditawarkan bagus. Apalagi jika jumlah pakaian yang ditawarkan terbatas, “ jelasnya.

Usaha pria yang juga aktif di organisasi pebisnis ini semakin berkembang ketika pada tahun1988, Asosiasi Suplier Fashion Ladies Surabaya yang diketuainya mendapat undangan dari Matahari Dept Store untuk menjadi bagian dari produk-produk yang dijual oleh Departement Store terkemuka di Indonesia itu.

“Waktu itu, Asosiasi Suplier Fashion Ladies Surabaya diundang Matahari ke Semarang. Akhirnya kami berdelapan bersedia datang dan membawa brand masing-masing. Sampai di sana mereka hanya menyediakan satu ruang kecil dan tentunya tidak cukup untuk kita yang membawa12 brand. Mereka bilang mau pilih. Tapi kami bilang, kalau mau, pilih semua. Kalau tidak, jangan ada yang dipilih. Akhirnya Matahari memilih semua dengan persyaratan ada brand yang akan dikeluarkan jika dalam tiga bulan performanya tidak bagus,” jelasnya.

Karena tidak dapat memenuhi beberapa persyaratan dari pihak Matahari Dept Store, beberapa brand akhirnya mundur. Caroline Kosasih yang menjadi salah satu brand yang masih bertahan setelah masa dua tahun, lalu diangkat menjadi supplier nasional. Sejak saat itu, produk Caroline Kosasih bisa didapatkan di gerai-gerai Matahari Dept Store di seluruh Indonesia. Bahkan Caroline Kosasin menjadi supplier inti, yang menjadi prioritas untuk memasok barang.

Karena ingin usahanya semakin berkembang, Hartono memutuskan untuk tidak hanya bergantung pada penjualan melalui Departement Store saja. Dia pun membuka gerai pertamanya di Tunjungan Plaza, Surabaya. Menyusul, berbagai brand pun diregistrasi, di antaranya Caroline Kosasih Signature yang menyasar kelas menengah ke atas.

Brand Caroline Kosasih pun merambah department store lainnya seperti Metro Dept Store, Mitra Malang, Jogja Dept Store, Sri Ratu, Chandra Lampung, The Grand Palace, Tiara Bali, dan Tiara Lombok. Serta beberapa show room seperti di Grand City dan Pasar Atum. “Bahkan beberapa sinetron TV seperti ‘Tersanjung’ juga mempergunakan produk kami,” ucapnya.

Kini fokus produksi pakaian yang dikembangkan Hartono adalah baju pesta meskipun tak jarang menerima pesanan baju seragam kantor yang menggunakan brand tersendiri. “Hampir semua wanita memiliki baju pesta dalam jumlah yang tidak sedikit. Itu karena sebagian wanita cenderung hanya mempergunakan tiga kali baju pesta-nya. Setelah itu, baju tersebut disimpan dan entah kapan dipergunakan lagi. Saat ini hasil desain dan produksi baju pesta brand Caroline Kosasih sangat diminati terutama konsumen di Surabaya dan sekitarnya,” terangnya.

Hingga saat ini Caroline Kosasih masih menjadikan wanita sebagai pasar nomor satu. Maklumlah, kebanyakan wanita memang hobi berbelanja.

Untuk menciptakan produk fashion yang tidak ketinggalan jaman, Hartono kerap memantau perkembangan tren fashion dari internet atau menghadiri fashion show. “Setiap tahun tren fashion berubah, tapi beberapa tahun kemudian akan muncul lagi. Begitu pula warna. Perubahan warna pakaian akan mempengaruhi sepatu dan tas,” ucapnya.

Ke depan, Hartono yang kini mulai dibantu oleh anak-anaknya dalam menjalankan roda bisnisnya, berharap membuka gerai di luar Surabaya seperti di Jakarta dan Bandung. Bahkan dua tahun terakhir, anak-anaknya mulai memproduksi fashion untuk segmen wanita muda lengkap dengan berbagai asesoris pendukungnya. Tak terlalu muluk rasanya jika di masa mendatang dia pun berharap bisa memiliki gerai sendiri di luar negeri.

Hartono tak memungkiri ke depan, kompetisi semakin ketat. Namun Hartono tidak kawatir akan kehilangan konsumen. Dia yakin seiring dengan meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat serta semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk terlihat menarik, maka anggaran masyarakat untuk membeli pakaian pun akan meningkat. Muaranya, kualitas serta harga pakaian yang sesuai akan tetap menjadi pilihan konsumen. Informasi lebih lanjut, kunjungi www.bca .co.id.

BCA Senantiasa di Sisi Anda.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved