Kenaikan Pendapatan Operasional Dongkrak Laba Bersih BNI Rp 9,05 Triliun
PT Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. berhasil membukukan laba bersih Rp 9,05 triliun pada tahun 2013. Laba tersebut naik 28,5 persen dari tahun sebelumnya. Faktor utama yang mendukung perolehan laba itu adalah kenaikan pendapatan operasional.
“Faktor utama penyumbang laba bersih adalah pendapatan operasional yang mencapai Rp 28,5 triliun, atau tumbuh 19,2 persen dibandingkan tahun 2012,” sebut Gatot M Suwondo, Direktur Utama BNI, di Jakarta, Rabu (19/2/2014). Ia menyebutkan, laju operasional BNI tersebut ditopang oleh kenaikan pendapatan bunga bersih 23,3 persen menjadi Rp 19,06 triliun dan pertumbuhan pendapatan non-bunga 11,8 persen menjadi Rp 9,44 triliun.
Mengenai kredit, Gatot menuturkan, penyaluran kredit BNI naik 24,9 persen menjadi Rp 250,64 triliun. Rinciannya, kredit korporasi yang merupakan kredit terbesar tumbuh 55,4 persen menjadi Rp 112,23 triliun. “Kredit korporasi tersebut sudah termasuk 116 debitur kredit medium BNI yang naik kelas ke kredit korporasi dengan nilai total mencapai Rp 10,3 triliun akibat peningkatan usaha bisnisnya,” terang dia. Karena kredit tumbuh cukup signifikan, loan to deposit ratio (LDR) pun naik dari 77,5 persen di 2012 menjadi 85,3 persen di 2013.
Gatot menyebutkan, “Kualitas kredit pun membaik ditandai dengan menurunnya net NPL maupun gross NPL.” Net NPL di tahun 2013 tercatat sebesar 0,5 persen, sedangkan gross NPL 2,2 persen.
Terkait dana pihak ketiga (DPK), ada kenaikan sebanyak 13,3 persen menjadi Rp 291,89 triliun pada akhir tahun lalu. CASA berhasil tumbuh 15,3 persen menjadi Rp 26,5 triliun. “Dengan penambahan CASA tersebut, komposisi dana murah yang dikelola BNI meningkat dari 67 persen pada 2012 menjadi 68,5 persen pada 2013,” ungkapnya.
Pada tahun lalu, bank BUMN ini mampu meningkatkan rasio ROA dari 2,9 persen (2012) menjadi 3,4 persen pada tahun lalu. ROE tercatat 22,5 persen. Sementara NIM sebesar 6,1 persen. “Kegiatan operasional BNI juga semakin efisien yang ditandai dengan menurunnya cost to income ratio dari 49,5 persen pada tahun 2012 menjadi 46,7 persen pada tahun 2013, dan biaya operasional pendapatan operasional dari 71 persen pada 2012 menjadi 67,1 persen pada 2013,” tandas Gatot. (EVA)