Perusahaan Indonesia Harus Bisa Menjadi Global Player
Pakar ekonomi Prof Firmanzah, PhD, mengatakan bahwa Indonosia sudah siap menghadapi pasar terbuka. Dengan banyaknya perusahaan dari negara asing yang masuk ke Indonesia, dia merasa yakin bahwa perusahaan lokal Indonesia mampu untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan dari negara asing tersebut. “Kalau mereka bisa masuk ke Indonesia, seharusnya kita juga bisa masuk ke mereka. Kita tidak hanya menjadi lokal player, tapi juga global player,” kata Firmanzah di sela workshop media yang digelar Sinarmas MSIG Life di Mega Mendung, Bogor, Jawa Barat
Firmanzah melanjutkan, perkembangan ekonomi di Indonesia sejak tahun 1998 hingga 2014 sudah banyak mengalami peningkatan. “Sejak zaman reformasi 1998 ke 1999, kita sudah mulai bangkit lagi.Tahun 1999 sampai 2004 kita dalam proses pemulihan. Dan sampai 2014, kita sudah banyak membaik,” paparnya.
Menurut Firmanzah, dengan adanya sentimen positif pada setiap pemilihan umum, banyak investor yang berdatangan ke Indonesia. “Ekonomi kita selalu membaik setiap adanya Pemilu. Dengan adanya politik yang stabil, maka mereka (investor) berdatangan,” lanjutnya.
Pada kurun waktu tahun 2004 hingga tahun 2009, inflasi berhasil ditekan dari 17,11 persen menjadi 6,96 persen. Selain itu juga pendapatan perkapita Indonesia naik menjadi US$2.350. “Inflasi berhasil ditekan pada single digit, daya beli menguat dan pertumbuhan ekonomi menjadi stabil dan positif,” ungkap Firmanzah.
Firmanzah juga mengatakan bahwa pada kurun waktu tahun 2009 hingga tahun 2014, ekonomi Indonesia cukup stabil. “Pertumbuhan stabil di kisaran 6 persen, pendapatan perkapita akhir 2012 juga naik menjadi US$3.500. Angka kemiskinan bisa ditekan menjadi 11,6 persen,” ujarnya.
Namun, dengan meningkatnya perekonomian di Indonesia, masih ada ketimpangan pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. “Peningkatan PDB terbesar masih di pulau Jawa dan Sumatera. Untuk Kalimantan hanya 9,30 persen, Sulawesi 4,73 persen, dan Papua 2,06 persen,” jelasnya. Pada tahun 2014, Indonesia memiliki target untuk mengurangi defisit fiskal dari tahun 2013 yang sebesar 2,38 persen terhadap PDB menjadi 1,69 persen atau Rp175,35 triliun.
Dengan kondisi ekonomi yang semakin membaik, maka jumlah masyarakat kelas menengah ikut bertambah. “Jumlah kelas menengah sekarang jadi bertambah. Bisa dilihat dari daya beli barang yang dulu tidak bisa dibeli banyak orang, sekarang banyak yang bisa beli,” dia menegaskan.(EVA)