Business Research

Survei HSBC: Orang Tua Alokasikan 35% Dana Miliknya untuk Pendidikan Anak

Survei HSBC: Orang Tua Alokasikan 35% Dana Miliknya untuk Pendidikan Anak

HSBC Indonesia melakukan survei mengenai pendidikan anak, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembiayaannya. Survei ini dilaksanakan di 15 negara dengan responden sebanyak 4500 orang tua. Tapi khususnya di Indonesia, respondennya adalah 300 orang tua, berpenghasilan minimum Rp3 juta sampai Rp10 juta, yang minimal mempunyai satu anak berusia di bawah 23 tahun. Yang mana anak itu masih sekolah atau kuliah, serta biaya pendidikanya masih ditanggung penuh atau sebagian oleh orang tuanya. Surveinya dilakukan secara online pada periode Desember 2013 dan Januari 2014.

HSBC-Prncn Pendidikan Anak

Hasil dari survei yang berjudul “The Value of Education: Springboard for Success” menyebutkan bahwa mayoritas orang tua mengharapkan pendidikan tinggi yang dipersiapkan serta ditempuh oleh anak-anak mereka akan menjadi investasi yang mampu memberikan tingkat pengembalian yang baik. Secara global, lebih dari separuh jumlah orang tua yang disurvei (58%) percaya bahwa pembiayaan pendidikan adalah investasi terbaik yang bisa dilakukan, karena pendidikan adalah prioritas utama bagi mereka.

“Di Indonesia, para orang tua idealnya mengalokasikan 35% dana yang dimilikinya untuk pendidikan anak, dan ini secara single needs adalah yang tertinggi. Namun, sebanyak 66% orang tua di Indonesia (yang disurvei) menyayangkan bahwa mereka tidak cukup cepat dalam memulai perencanaan pendidikan anaknya,” jelas Steven Suryana, SVP & Head of Wealth Management HSBC Indonesia.

Walaupun, kata Steven, rata-rata dari orang tua tersebut sudah merencanakan pendidikan anaknya selama 8 sampai 9 tahun. Tapi memang sebanyak 35% dari orang tua Indonesia yang disurvei merasa perencanaan pendidikan anaknya masih mengkhawatirkan. Apalagi sebagian besar dari mereka masih mengandalkan pendapatan bulanan sebagai sarana utama membiayai pendidikan anak.

“Dari semua orang tua Indonesia yang saat ini sedang membiayai pendidikan anak, hampir semuanya (97%) mendanai pendidikan tersebut sendiri, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Dana ini pada umumnya ditarik dari pendapatan bulanan (86%), tabungan dan/atau deposito (54%) dan investasi (32%). Sedangkan perencanaan yang spesifik masih belum populer,” tuturnya.

Perencanaan pendidikan di HSBC yakni dengan membantu nasabahnya untuk mencapai tujuannya masing-masing. Produk yang disarankan kepada konsumen lebih dari sekadar tabungan dan deposito, misalnya reksa dana, obligasi pemerintah, asuransi jiwa, dan asuransi pendidikan anak. Yang harus diingat adalah tidak semua produk itu cocok dengan semua nasabah, karena setiap nasabah itu mempunyai profil risiko berbeda.

“Misalnya nasabah konservatif, kita juga pilih produk yang konservatif. Karena tingkat kenaikan biaya pendidikan anak lebih tinggi daripada inflasi, maka nasabah harus memikirkan soal investasi jangka panjang, dengan tidak hanya mengandalkan deposito yang bunganya tergerus inflasi,” imbuhnya.

Tentang kualitas pendidikan, pendapat orang Indonesia mengenai sekolah swasta atau negeri terbagi dua. Hampir 2 dari 5 orang tua percaya bahwa sekolah negeri memiliki kualitas yang sama baiknya dengan sekolah swasta, sementara 3 dari 10 orang tua merasa bahwa sekolah swasta memiliki kualitas yang lebih baik. Hampir tiga perempat responden menyatakan bahwa kelebihan sekolah swasta adalah pada tersedianya fasilitas dan perlengkapan yang lebih baik. Kelebihan lainnya, sekolah swasta didukung guru yang lebih mumpuni sehingga mampu menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik (keduanya 39%).

Survei juga menunjukkan bahwa keinginan orang tua untuk dapat menyekolahkan anak di universitas di luar negeri cukup tinggi. 92% orang tua yang disurvei menginginkan anaknya untuk bersekolah di luar negeri, dan lebih dari separuh responden (55%) menyatakan Amerika sebagai tempat menuntut ilmu yang dipandang mampu menawarkan kualitas pendidikan terbaik bagi anak-anak mereka. Keuntungan yang diharapkan dari studi di luar negeri menurut responden adalah didapatkannya kemampuan berbahasa asing (67%), pengalaman bekerja secara internasional (65%) dan kemandirian (55%).

Kemudian, secara global, 43% orang tua meyakini bahwa kemampuan untuk bersaing di dunia kerja dapat diperoleh dari pendidikan universitas yang baik. Sementara di Indonesia, lebih dari separuh responden (54%) percaya bahwa universitas seharusnya dapat memberikan akses kepada para pelajar ke berbagai peluang hidup di kemudian hari, sementara 48% percaya pendidikan universitas harus dapat memberikan pengalaman hidup yang beragam.

“Survei ini dengan jelas menunjukkan bahwa para orang tua di Indonesia dan dunia mempercayai bahwa pendidikan yang baik dapat memperbaiki peluang dan prospek anak di dunia yang kian menjadi global. Untuk mendukung hal ini, orang tua harus memulai perencanaan pendidikan anak lebih awal, memastikan bahwa mereka memiliki informasi yang cukup untuk dapat membuat keputusan terbaik untuk pendidikan anaknya, serta harus merencanakan pendanaan yang akan memungkinkan anaknya mengambil jalur pendidikan yang diinginkannya,” ujarnya. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved