Listed Articles

Lembaga Keuangan Butuh Sistem Manajemen Resiko

Oleh Admin
Lembaga Keuangan Butuh Sistem Manajemen Resiko

Menurut laporan Economist Intelligence Unit berjudul ‚“The Bigger ation yang melakukan survei terhadap 316 eksekutif perusahaan jasa keuangan, lebih dari 70% responden yakin bahwa nilai kerugian yang timbul dari krisis perkreditan terutama disebabkan oleh kegagalan untuk menangani masalah manajemen resiko. Banyak eksekutif perusahaan mulai memberikan perhatian serius terhadap masalah ini. Sebanyak 59% responden menyatakan bahwa krisis kredit memaksa mereka untuk meninjau kembali praktek manajemen resiko yang selama ini dijalankan secara lebih rinci dan cermat. Untuk mengantisipasi pemeriksaan dari para regulator, banyak lembaga juga meninjau kembali model manajemen resiko yang mereka pergunakan.

Hasil survei yang dilakukan terhadap SVP/VP/Director, CEO/ President/Managing Director, CFO/Treasurer/Controller, C-level executives, Manager, Head of Department, Board Member, Head of Business Unit, dan CIO/Technology Director dari berbagai perusahaan di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah & Afrika, Amerika Utara, Eropa Barat, Eropa Timur dan Amerika Latin berhasil mengidentifikasi berbagai tantangan seperti data dan budaya perusahaan yang berdampak pada penerapan pendekatan manajemen resiko yang komprehensif. Bagi banyak eksekutif di perusahaan jasa keuangan, hambatan utama yang sering dihadapi adalah masalah akses terhadap data yang relevan, tepat waktu dan konsisten. Namun, hampir setengah dari responden yakin bahwa mengadopsi budaya manajemen resiko merupakan tantangan terbesar yang dihadapi oleh perusahaan.

“Survei ini merupakan bukti bahwa manajemen resiko yang dibutuhkan lembaga-lembaga keuangan melampaui peraturan yang sekarang ada dan harus berani mematahkan model tradisional yang telah ada serta dikembangkan ke model yang melihat resiko perusahaan secara lebih luas demikian dikatakan oleh John Foulley, Risk Management Practice, Head, AP, SAS.

Perusahaan-perusahaan yang ikut dalam survei sepenuhnya menyadari bahwa program manajemen resiko yang terintegrasi memiliki manfaat bagi perusahaan yang tidak hanya dihitung secara kuantitatif. Di area seperti risiko kredit dan risiko pasar, pendekatan yang terintegrasi akan secara efektif membantu perusahaan dalam penempatan modal dan pengendalian kerugian. Pendekatan terintegrasi juga berfungsi sebagai bentuk perlindungan dari reputasi buruk.

“Indonesia sebagai pasar potensial yang memiliki berbagai layanan yang melibatkan disiplin manajemen resiko harus benar-benar menaruh perhatian pada kegagalan global krisis kredit dengan menjalankan suatu pendekatan yang holistik untuk mengatasi resiko,tambah Uday Mathkar, Country Manager, PT SAS Institute Indonesia.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved