Management Strategy

CPO untuk Industri Biodiesel Bisa Dongkrak Serapan Pasar Domestik Hingga 20 %

CPO untuk Industri Biodiesel Bisa Dongkrak Serapan Pasar Domestik Hingga 20 %

Selama ini produk CPO Indonesia sangat bergantung pada pasar luar negeri alias ekspor. Sekitar 70 % dari total produksi CPO di ekspor ke Eropa, Amerika dan negara-negara lainnya. Sedangkan pasar dalam negeri hanya mampu menyerap sekitar 30 % saja. Hal ini menyebabkan posisi tawar produsen CPO Indonesia di pasar dunia menjadi lemah.

sustainable CPO

Menurut Direktur PT Wilmar Nabati Indonesia, Darwin Indigo, hal tersebut dikarenakan tidak berkembangnya industri hilir CPO di dalam negeri. Contohnya dari total produksi tahun 2013, sebanyak 31,5 juta ton, dan hanya 9 juta ton diserap pasar dalam negeri dengan rincian 6 juta ton yang diserap industri makanan dan minuman dalam negeri, sisanya untuk subsitusi bahan bakar minyak seperti biodisel.

“Kami berharap pemerintah labih fokus lagi mengembangkan industri biodisel sehingga bisa mendongkrak sekitar 20 % serapan CPO di pasar domestik,” jelas Darwin “Dengan demikian kami punya posisi tawar dan tidak bergantung besar terhadap ekspor,” lanjutnya.

Hal tersebut disampaikan Darwin dalam forum “Towards Sustainable and Productive Palm Oil Sector of Indonesia” di Jakarta 13/11. Dalam forum itu juga dibahas menegnai sertifikasi minyak sawit berkelanjutan dari dari beberapa lembaga seperti RSPO (Round Table Sustainable Palm Oil) dan ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil System).

Data dari RSPO menyebutkan bahwa saat ini total produksi minyak sawit berkelanjutan (Sustainable CPO) di dunia per Oktober 2014 telah mencapai 11,2 juta ton dan 50 % nya berasal dari Indonesia, “Jadi selamat kepada para produsen sawit di Indonesia karena berhasil mengukuhkan negara kita sebagai produsen terbesar untuk minyak sawit berkelanjutan,” ujar Desi Kusumadewi, Direktur RSPO Indonesia.

Dari pihak produsen, dalam hal ini PT Wilmar Nabati Indonesia, pihaknya setuju bahwa minyak sawit atau CPO bekelanjutan memberikan benefit ganda dari baik dari sisi bisnis, sosial dan lingkungan hidup. “Dari sisi bisnis dengan menjual CPO yang telah tersertifikasi berkelanjutan kami bisa mendapatkan harga premium dan akses pasar yang lebih mudah dan luas terutama di Eropa dan Amerika,” jelas Darwin. Lebih lanjut Darwin menjelaskan, persaingan bisnis CPO di pasar dunia saat ini tidak hanya menhadapi non-tariff barier tetapi juga harus mengahdapi kampanye hitam seputar masalah kelestarian lingkungan dan kesehatan, “Persepsi itu ada di tingkat konsumen akhir dan itu jauh lebih menantang dibandingkan non-tariff barier yang secara resmi ditetapkan pemerintah negara tujuan ekspor,” ungkap Darwin.

Berdasarkan fakta tersebut maka pada 23 September 2014 lalu di New York, Kamar Dagang Indonesia (KADIN) mengumumkan adanya Ikrar Minyak Sawit Indonesia (Indonesia Palm Oil Pledge) pada United Nation Climate Summit, yang ditandatangi oleh KADIN Indonesia, Wilmar, Cargill, Golden Agri Resource dan Asian Agri, untuk memutus keterkaitan minyak sawit kepada deforestasi.(EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved