Strategi May & June Berkibar seperti Alleira
Ruang seluas 5×5 meter itu memang tidak terlalu luas. Dari luar tampak manekin wanita berbalut busana kerja, kasual, pesta beraneka corak, seolah menggoda siapa saja yang lewat di depannya. Paras cantik pegawai plus sapaan hangatnya semakin menambah daya tarik butik yang didirikan 3 tahun silam ini untuk menyedot banyak pembeli. Dalam hitungan menit, May&June disesaki pembeli wanita yang mayoritas berusia 25-40tahun.
Kehadiran May&June dilantai 2 Senayan City, Jakarta Selatan, sejak 2011 memang telah menjadi pusat perhatian, khususnya bagi kaum hawa yang gemar tampil modis dan anti meanstream. Selain keramahan dari para pegawai dan punggawanya yang terjun langsung menyapa pelanggan, koleksi busana yang dijajakan juga menjadi magnet butik yang kuat dengan corak bunga (floral printed) ini. Kekuatan lainnya karena merek yang terispirasi dari musim gugur ini juga dipayungi oleh merek raksasa, Alleira Grup.
Setelah sukses mengibarkan Alleira dipasar lokal dan mancanegara, kini perusahaan spesialis batik premium tersebut menambah koleksi label terbarunya. May&June adalah sister brand dari Alleira Batik yang menyediakan koleksi baju ready to wear. Alleira grup yang sudah terlebih dahulu dikenal dengan batik modern ingin mengakomodir kebutuhan pasar non-batik dengan menyediakan busana dengan motif print yang menarik.
“Kami ingin meramaikan merek fashion asli Indonesia di Tanah Air. Kami harap, May&June bisa mengikuti kakaknya, Alleira yang tersohor hingga mancanegara, “ujar Ade Kartika, Direktur Alleira Grup.
Menurut Ade, permintaan busana ready to wear khususnya untuk kerja, kasual dan pesta semakin tinggi di mana banyak konsumen wanita yang menginginkan model dan motif yang unik, terbatas dan berkualitas baik. Untuk itu, May&June masuk sebagai label yang siap mengakomodir kebutuhan sandang yang kian meningkat tersebut. “Segmen May&June adalah kelas A di mana harganya mulai dari Rp 100ribu-Rp 8 juta per potong,” Ade menjelaskan.
Kelebihan May&June, klaim Ade, adalah memiliki corak yang khas yakni bunga, desain yang anti meanstream, serta koleksi yang terbatas. Merek yang terinspirasi dari musim spring ini acapkali disambangi pesohor seperti Titi DJ, Nadine Chadrawinata. Untuk meningkatkan brand awarness, promosi sekaligus penjualan, perusahaan melakukan lima strategi. Antara lain: beriklan di media massa segmented, menyelenggarakan fashion show secara berkala, aktif di sosial media, membuat keanggotaan plus penawaran spesial, mensponsori ajang kencantikan, hingga menambah merek baru bernama “Fame Agenda” dengan menggandeng desainer kondang, Monica Lim.
“May&June memiliki visi dan misi agar setiap wanita dapat menghargai dirinya sendiri dengan menunjukan seberapa pintar mereka untuk berperilaku dan mempercantik diri. Terlahir dari inspirasi wanita dan untuk wanita, May&June selalu mengedepankan bahwa setiap wanita itu cantik dan berharga,” kata Ade.
Dalam sekali kunjungan, tandas Ade, seorang pembeli bisa menghabiskan dana setidaknya Rp 1,5 juta – Rp 2 juta. Adapun item yang paling laris terjual adalah baju kerja bercorak bunga dengan desain yang berbeda dari kebanyakan baju kerja lainnya.
Ke depan, Ade menargetkan, May&June bisa menjadi ikon fashion Indonesia yang memiliki karakter serta basis pelanggan yang kuat. Grup yang digawangi oleh empat pendiri ini berambisi mengibarkan May&June sama seperti kakak tertuanya, Alleira Batik. “Persaingan memang ketat. Kompetitor banyak. Namun dengan positioning yang dimiliki May&June, kami optimis bisa meraih pasar,” ujar Ade penuh percaya diri. (EVA)