Pemimpin adalah seorang yang dibentuk bukan karena SOP, melainkan karena karakter seorang pemimpin. Sekarang ini, jarang sekali pemimpin yang berani mengambil hal-hal sulit dan sangat penting bagi negara. Hal ini disampaikan oleh Menteri ESDM, Sudirman Said, pada acara Risk and Governance Summit 2014, di Jakarta (18/11).

Menurutnya, saat ini Indonesia sudah memiliki pemimpin yang berkarakter kuat. Oleh karena itu, pemimpin di era sekarang berbeda dengan masa dulu. “Di masa dulu, kalau orang-orang jujur, baik, ketika sampai di atas ditanya. Tapi dimasa saat ini dan masa depan akan sebaliknya. Kita tidak bisa menyangka bahwa dinasti banteng yang sangat tebal itu bisa diselesaikan.”

“Sebetulnya menjadi pemimpin yang lurus itu suatu yang normal, bukan yang aneh-aneh. Jadi ada hal yang anomali yang kita jalani. Mudah-mudahan ke depan itu kebalik,” lanjutnya berharap

Sudirman mengaku kaget ketika diberi tugas menjadi Menteri ESDM oleh Presiden Joko Widodo. Sebelumnya, ia tidak pernah berfikir untuk menjadi menteri.

“Saya sampai pada tugas ini sesuatu yang kaget. Hari Sabtu adalah hari di mana saya pertama kali ketemu Pak Jokowi. Jadi, mekanisme pasar yang mempertemukan saya dengan beliau. Tiba-tiba diundang dan terjadilah seperti yang terjadi,” tuturnya.

Menjadi seorang menteri bukanlah keinginannya, tetapi Sudirman merasa terpanggil untuk membangun negara ini. Ia mengutip Anies Baswedan, yang mengatakan “Betapa banyak orang yang harus mendaki tapi kemudian selesai dalam proses pendakian. Banyak orang yang meninggikan tempat mereka jatuh.” Menurut Sudirman, hal tersebut terjadi karena ketidakmampuan membedakan antara terpanggil, bersiap, dan keinginan.

“Terutama dalam public role, itu harus mampu membedakan antara terpanggil, bersiap, dengan kepingin. Ketika kita tidak bisa membatasi itu maka kita tembus segala cara untuk mendapatkannya. Banyak kawan-kawan yang terjatuh karena dalam posisi kepingin,” katanya menasehati. (EVA)