Management Strategy

Celah MEA Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Celah MEA Bagi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

ASEAN

Pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan celah bagi pertumbuhan jangka panjang negara ASEAN meskipun masih adanya kebijakan ekonomi dan politik yang belum terselesaikan. Berdasarkan laporan economic insight dari ICAEW, Indonesia akan menjadi yang terdepan dalam ekspor dan investasi ke dalam dibandingkan anggota-anggota ASEAN lainnya

Pembentukan AEC menjelang akhir 2015 bertujuan jangka panjang untuk menciptakan aliran barang, jasa, investasi, dan tenaga kerja terampil yang bebas, serta aliran modal yang lebih bebas lagi. Sasaran eksplisitnya adalah ‘sentralitas ASEAN’, yaitu memastikan bahwa wilayah Asia Tenggara sepenuhnya sanggup bersaing dan terintegrasi dengan baik dalam ekonomi global, serta mampu menarik minat investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI).

Douglas McWilliams, Kepala Pakar Ekonomi ICAEW dan Ketua Eksekutif Cebr, mengungkapkan bahwa proses integrasi ekonomi di ASEAN telah naik satu tingkat pada tahun 1992 saat para anggota sepakat untuk menciptakan area perdagangan bebas dan makin pesat sejak tujuh tahun lalu saat mereka sepakat untuk menghapuskan semua pajak pada tahun 2015. Inilah yang membuat proporsi perdagangan intra-ASEAN mengalami peningkatan yang besar.

“Namun, perdagangan antarnegara yang sepenuhnya bebas membutuhkan lebih dari sekadar pengurangan pajak. Kendala-kendala lain juga perlu disingkirkan, misalnya kuota, prosedur cukai, serta perbedaan standar dan peraturan, dan hal ini lebih sulit untuk dilakukan. Para pemimpin ASEAN telah mengambil langkah-langkah tentatif sesuai langkah yang telah diambil oleh Uni Eropa (UE) untuk menyelaraskan peraturan produk di seluruh wilayahnya, yaitu dengan menyediakan sebuah kerangka kerja bagi para anggota agar dapat memutuskan apakah mereka ingin mendapatkan pengakuan bersama”, imbuh Douglas.

Selain area perdagangan bebas, sasaran utama lain dari integrasi regional adalah tercapainya pasar umum di mana modal dan tenaga kerja dapat bergerak lebih bebas melintasi batas negara. ASEAN telah menunjukkan peningkatan interdependensi regional, dengan FDI intra-ASEAN mengalami peningkatan dari 13% pada tahun 2000 menjadi 17% pada tahun 2013 dari total FDI masuk yang ada. Antara tahun 2000 hingga 2013, Indonesia mengalami peningkatan investasi tertinggi dari mitra-mitra regionalnya, yaitu sebanyak 36,8 persen. Walau demikian, sistem perbankan umum dan kerangka kerja hukum dapat meningkatkan skala investasi tersebut.

Sementara itu, Mark Billington, Direktur Regional ICAEW Asia Tenggara, mengatakan, “ASEAN memiliki lebih banyak perbedaan antarnegara anggotanya dibandingkan Eropa, sehingga MEA mungkin butuh waktu lebih lama untuk mencapai integritas setara UE. Namun, hal ini bukan berarti bahwa hasil yang akan didapatkan hanya dalam jangka panjang, karena kita juga akan segera merasakan manfaatnya. Integrasi fisik yang lebih baik, seperti konstruksi rel kereta api kecepatan tinggi yang menghubungkan Kuala Lumpur dan Singapura, akan membantu membangun tautan-tautan ekonomi. Keterhubungan yang lebih baik akan membantu memperlancar pertukaran pengetahuan dan keterampilan, yang nantinya akan membantu mendorong munculnya industri-industri inovatif yang memiliki nilai lebih.”(EA(


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved