Bisnis Bosowa, Harga Minyak, dan Melorotnya Rupiah
Bosowa merupakan sebuah perusahaan pionir dari kawasan timur Indonesia. Setelah berdiri selama 40 tahun, Bosowa telah tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan berskala nasional. Memiliki bisnis di berbagai sektor, seperti di otomotif, semen, logistik dan transportasi, pertambangan, properti, jasa keuangan, infrastruktur, energi, media, serta multi business, Bosowa terus berkembang dan merencanakan akan masuk ke sektor bisnis baru. Hal tersebut diungkapkan oleh H. M. Aksa Mahmud, pendiri Bosowa Group.
“Kami terus mengembangkan bisnis ke depan di berbagai sektor. Tentu sebagai bisnis andalan kami yaitu semen, otomotif dan perbankan, kemudian power plan,” ujar Pendiri Group Bosowa pada tahun 1968 itu.
Lalu, ia mengungkapkan, perkembangan bisnis Bosowa tidak terpengaruh dengan keadaan Rupiah yang melorot. Menurutnya, perusahaan masih bisa mengambil keuntungan jika kualitas ekspor terjaga. “Sebenarnya tidak ada masalah, bisnis memang begitu. Sebenarnya, dengan melorot begini masih bisa memperoleh keuntungan. Artinya, tidak ada persoalan, ekspor kan bisa bagus. Orang bisa memperoleh keuntungan jika nilai tukar turun,” tuturnya.
Untuk lebih jelas mengenai bisnis Bosowa, simak wawancara reporter SWAonline, Ferdi Julias Chandra, dengan H. M. Aksa Mahmud berikut ini.
Bagaimana bisnis Bosowa?
Kami terus mengembangkan bisnis ke depan di berbagai sektor. Tentu sebagai bisnis andalan yaitu semen, otomotif dan perbankan, kemudian power plan.
Bagaimana pengaruh bisnis Bosowa dengan Rupiah yang sedang melorot?
Sebenarnya tidak ada masalah, bisnis memang begitu. Sebenarnya, dengan melorot begini masih bisa memperoleh keuntungan. Artinya, tidak ada persoalan, ekspor kan bisa bagus. Orang bisa memperoleh keuntungan jika nilai tukar turun, dan kita bukan yang terjelek. Jepang sendiri 47%, kita kan sekitatr 30%, jadi saya kira tidak ada masalah.
Apakah harga minyak juga berpengaruh?
Tidak ada masalah, apalagi harga minyak sekarang turun, nilai tukar dollar tinggi tidak ada masalah juga karena harga minyaknya turun. Ke depannya saya kira pemerintah akan merubah bahwa masalah minyak ini kan semua dikelola di dalam negeri, jadi akan membuat ekonomi kita lebih baik.
Apa rencana Bosowa di 2015?
Kami mungkin akan masuk sektor baru, mudah-mudahan kita bisa masuk di industri baja, kemudian kita akan memperkuat di pelabuhan, dan meningkatkan industri yang lain lagi.
Bagaimana Bosowa menanggapi AEC 2015?
Seharusnya Indonesia lebih memegang peranan, karena kita harus berusaha menghindari agar Indonesia tidak menjadi negara market, tetapi kita harus menjadi negara produsen. Jadi jangan seluruh negara menjual ke Indonesia, seharusnya Indonesia memproduksi untuk negara-negara ASEAN.
Apakah Bosowa sudah siap untuk itu?
Semua kita siapkan untuk itu. (EVA)