Wujudkan Kota Humanis, AkzoNobel Cat Ulang Gedung Kesenian Jakarta
AkzoNobel mewujudkan ide Kota Humanis ((Human Cities Initiative) dengan mengecat ulang Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Program ini bentuk komitmen AkzoNobel untuk terus meningkatkan, memberikan energi, serta meregenerasi masyarakat perkotaan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pengecatan ulang GKJ ini diperkirakan akan memakan waktu satu bulan.
“Dengan pembaruan yang diaplikasikan kepada Gedung Kesenian Jakarta ini, akan lebih banyak lagi kesadaran masyarakat yang muncul untuk lebih memperhatikan peninggalan-peninggalan sejarah, terutama di ibukota Jakarta,” jelas Jun De Dios, Presiden Direktur PT ICI Paints Indonesia (AkzoNobel Decorative Paints Indonesia).
Kegiatan pengecatan GKJ ini menambah daftar gedung bersejarah di Indonesia yang diregenerasi menggunakan produk pelapis dari AkzoNobel. Sebelumnya AkzoNobel telah mengecat Museum Fatahillah pada tahun 2009, Balai Pemuda Surabaya pada tahun 2010, dan Benteng Rotterdam Makassar pada tahun 2010.
“Program seperti ini sangat penting karena menunjukkan adanya rasa memiliki semua sektor, bukan hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat madani. Saya berpendapat, hal seperti ini harus diteruskan, bukan hanya untuk gedung ini, tetapi juga untuk kawasan-kawasan cagar budaya lainnya, yang di Jakarta sangat banyak,” ujar oleh Purba Hutapea, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Untuk program regenerasi ini, AkzoNobel akan menggunakan produk super premiumnya, Dulux Weathershiled Powerflexx. “Kami akan menggunakan Dulux Weathershield Powerflexx yang memiliki teknologi Powerflexx sehingga cat memiliki kemampuan merenggang lebih tinggi dibandingkan cat eksterior premium biasa. Kualitas elastomeric-nya sangat efektif menutup retak rambut pada dinding,” ungkap Jun.
Langkah selanjutnya sebagai wujud pengimplementasian ide Kota Humanis ini, perusahaan pemilik Dulux ini masih mencari informasi terkait peninggalan budaya yang ada di Indonesia.
“Kita akan terus mencari tahu, kira-kira heritage-heritage mana yang perlu untuk direvitalisasi. Yang menjadi alasan utama adalah jika tempat tersebut sering dikunjungi, sehingga manfaatnya bisa langsung dirasakan oleh lapisan masyarakat,” tutup Jun. (EVA)