Management Strategy

Uni Eropa Berusaha Tingkatkan Hubungan Kerja Sama ASEAN

Uni Eropa Berusaha Tingkatkan Hubungan Kerja Sama ASEAN

Uni Eropa dan ASEAN memiliki hubungan yang erat sejak tahun 1972, ketika Uni Eropa menjadi mitra dialog ASEAN untuk yang pertama kalinya sejak terbentuknya ASEAN pada tahun 1967. Hubungan itu diresmikan sejak tahun 1975 dengan dibentuknya Kelompok Studi Bersama ASEAN-MEE pada tahun 1972. Sinergi ini dimulai sejak 1980, di mana sejak saat itu Uni Eropa terus membantu ASEAN dalam berbagai bidang. ” Uni Eropa merupakan pendonor paling besar terhadap berbagai isu seperti kemanusiaan, pendidikan, para korban perang, dan masih banyak lagi,” kata Olof Skoog, EU Ambassador to Indonesia, Brunei Darusalam and ASEAN.

HE Mr Olof Skoog, EU Ambassador to Indonesia, Brunei Darusalam and ASEAN

HE Mr Olof Skoog, EU Ambassador to Indonesia, Brunei Darusalam and ASEAN

Program kerja sama yang dilakukan terbagi dalam berbagai sektor, dan dalam setiap prakteknya Uni Eropa memberikan bantuan kepada berbagai fasilitas bantuan seperti AHA (ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management) Center dan ASEAN Umbrella untuk membantu negara seperti Thailand dan Vietnam dalam menghadapi angin taifun.

Uni Eropa memberikan bantuan sekitar 20 euro kepada lembaga-lembaga tersebut dari total 70 euro yang dianggarkan untuk membantu negara-negara ASEAN dalam menghadapi perubahan iklim dan bencana.

Olof Skog juga berpendapat bahwa tingginya jurang ekonomi di Asia membuat Uni Eropa mengeluarkan 3 miliar euro untuk membantu perekonomian negara ASEAN yang tertinggal seperti Kamboja, Laos, Vietnam, Myanmar, dan lain-lain. Ia pun mengakui bahwa bantuan tersebut tak sepenuhnya hanya untuk membantu perekonomian negara-negara tersebut. “Jurang ekonomi akan membuat banyak perselilisahan di dalam atau di luar suatu negara. Perselisihan ini akan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, dan tentunya politik sehingga menyebabkan demokrasi tidak bisa berjalan dengan lancar,” ujar pria yang akan mengakhiri masa jabatannya pada tahun 2015 ini.

Ia pun berpendapat bahwa setiap bantuan yang dilakukan, tidak hanya semata untuk hubungan baik tetapi juga untuk menstabilkan keadaan suatu negara. Kestabilan ini tentunya akan membantu negara tersebut berkembang dan mempererat hubungan negara Asia dengan Uni Eropa terutama dalam hubungan politik. Salah satu contoh perhatian mereka adalah dengan hukuman mati yang ada di Indonesia, menurutnya banyak negara-negara di dunia yang sudah mulai menghapus hukuman mati yang berlaku di Indonesia.

“Kami sangat menentang hal tersebut karena masih banyak yang bisa kita lakukan untuk menghukum mereka seperti penjara, masa tahanan semunur hidup dan masih banyak lagi. Hukuman mati juga tidak menjamin mereka berhenti menggunakan narkoba, sehingga bisa dikatakan hukuman mati kurang efektif,” jelasnya.

Indonesia sendiri merupakan salah satu negara yang cukup dipertimbangkan dalam negosiasi. Hal ini karena Indonesia dianggap sedang memiliki perekonomian dan demokrasi yang baik. Secara keseluruhan Uni Eropa menginginkan adanya kestabilan demokrasi di negara-negara di Asia terutama anggota ASEAN. Itulah sebabnya mengapa Uni Eropa tak segan-segan mengeluarkan dana yang besar dalam memberikan bantuan, seperti mendukung kemajuan petani ASEAN dengan memberikan dana sebesar 15 juta euro.

”Kami merupakan investor terbesar setelah Amerika dan China, dan dengan bantuan ini kami berharap untuk bisa menunjukan komitmen kami dengan ASEAN”. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved