Personal Finance Business Research Management Strategy

Fitch Pangkas Peringkat Utang Garuda

Fitch Pangkas Peringkat Utang Garuda

PT Fitch Ratings Indonesia, lembaga pemeringkat, telah menurunkan obligasi jangka panjang PT Garuda Indonesia (Persero), Tbk (GIAA) menjadi BBB+(idn) dari sebelumnya ‘A-(idn)’ dengan Outlook negatif dari sebelumnya stabil. Pada saat yang sama, peringkat obligasi Garuda sebesar Rp 2 triliun yang akan jatuh tempo di 2018 juga telah diturunkan ke ‘BBB+(idn)’ dari ‘A-(idn)’.

Meski turun, tapi rating BBB+ masih menunjukkan ekspektasi risiko gagal bayar yang relatif moderat terhadap emiten lain di Indonesia. Meski demikian, kemungkinan perubahan kondisi ekonomi akan dapat mempengaruhi kapasitas pembayaran obligasi tepat waktu untuk tingkat yang lebih besar dibandingkan komitmen keuangan yang ditunjukkan oleh kategori peringkat yang lebih tinggi.

Pesawat Garuda Indonesia sedang parkir di hanggar. (Foto : Hendra Syaukani/SWA).

Pesawat Garuda Indonesia Sedang Parkir di Hanggar. Fitch Rating Indonesia Pangkas Peringkat Garuda Indonesia. (Foto : Hendra Syaukani/SWA).

Penurunan peringkat mencerminkan pandangan Fitch Ratings terhadap melemahnya profil keuangan Garuda Indonesia, terutama didorong oleh gejolak nilai tukar rupiah dan struktur biaya yang cenderung tinggi. Pada 2014 ini, Fitch Ratings melihat rasio keuangan Garuda sudah berada di ambang batas yang memicu penurunan peringkat rasio FFO anggaran operasional (funds from operations/FFO) adjusted leverage telah meningkat di atas batas 7 kali menjadi 11 kali, sedangkan rasio FFO fixed charge cover telah turun di bawah batas 1,2 kali.

Walaupun Fitch Ratings berekspektasi profil keuangan Garuda Indonesia akan membaik di tahun 2015 dengan harga avtur yang rendah, fundamental perusahaan tetap lemah dan situasi operasional akan tetap sulit. Outlook negatif mencerminkan ekspektasi Fitch bahwa profil keuangan Garuda akan terus melanggar batas penurunan peringkat dalam waktu 12 – 18 bulan mendatang. Erlin Salim, Associate Director Fitch Ratings Indonesia, menyebutkan perbaikan operasional yang signifikan tidak memungkinkan mengingat kondisi perusahaan saat ini dan situasi industri penerbangan yang kompetitif.

Peringkat Garuda menggabungkan dukungan dari pemerintah terutama didorong oleh kepemilikan saham mayoritas oleh pemerintah. “Fakta bahwa adanya dukungan finansial secara langsung juga merupakan bukti kuat yang lain atas dukungan pemerintah dan hubungan yang strategis,” ucap Erlin.

Fitch Ratings Indonesia menilai ekspansi Garuda Indonesia yang ambisius di rute internasional dalam beberapa tahun terakhir telah berkontribusi terhadap memburuknya profil keuangan perseroan. Maskapai penerbangan pelat merah gagal mencapai tingkat isian penumpang (load factor) yang optimal dalam penerbangan jarak jauh internasional, yang memperburuk keadaan keuangan dan marjin keuntungan. “Yield dan tingkat isian penumpang di Januari-September 2014 menurun, masing-masing sebesar 5,4% dan 3,9% dari tahun sebelumnya, dengan penurunan terbesar di tingkat isian penumpang internasional menjadi 65,4% dari 73,1% di tahun sebelumnya,” jelas Erlin.

Erlin juga menambahkan, manajemen Garuda Indonesi dapat mengatasi tekanan likuiditas dengan didukung oleh saldo kas sebesar US$ 393 juta. Maskapai juga memiliki fasilitas modal kerja dan aset yang tidak dijaminkan sebesar US$ 1,9 miliar per akhir September 2014.

Perseroan baru-baru ini mendapat tambahan fasilitas modal kerja sejumlah US$ 110 juta dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk (BBRI) dan telah menerima utang bridging dari National Bank of Abu Dhabi dan Dubai Islamic Bank untuk membiayai kembali utang jatuh tempo di tahun 2015. Kedua bank tersebut berkomitmen untuk menyediakan utang tanpa jaminan sebanyak-banyaknya sebesar US$ 400 juta. Garuda berencana menggantikan utang bridging dengan menerbitkan obligasi Global Reg-S yang tidak diperingkat di tahun 2015.

Adapun, Garuda Indonesia dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada awal Februari 2015 menyatakan sedang menjajaki beberapa pilihan untuk mendapatkan pendanaan bagi keperluan reprofiling beberapa fasilitas utang perseroan yang akan jatuh tempo pada tahun ini.

Sejumlah opsi yang sedang dipertimbangkan oleh perseroan, diantaranya Pengeluaran obligasi di dalam atau di luar negeri serta pinjaman dari perbankan Berdasarkan pertimbangan tersebut, pada saat ini global bond di Singapura belum dapat dilaksanakan, sambil menunggu perkembangan pasar lebih lanjut. (***)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved