Management Strategy

Karnaval Busana Jember Dorong Perekonomian Daerah

Karnaval Busana Jember Dorong Perekonomian Daerah

Saat pertama kali digelar tahun 2001, Jember Fashion Carnaval (JFC) mendapat perlawanan keras dari para anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember. Sang penggagas acara, Dynand Fariz berikut keluarganya sempat dipanggil anggota dewan. Suara kontra nan keras dari para wakil rakyat meminta perhelatan JFC dihentikan. Alasannya, parade ini dinilai hanya sebagai ajang pamer aurat dan kurang mengakar budaya asal.

Dynand tak gentar. Ia justru teguh dengan pendiriannya dan yakin kalau JFC bakal booming dan mendapat sambutan positif dari para penonton, yang notabene masyarakat asli Jember. “Saya bertanya pada anggota DPRD apakah sudah menonton acara karnaval itu sampai tuntas? Ternyata, tidak semua melihat. Oleh karena itu, saya ajak mereka melihat sendiri. Keesokan harinya, JFC menjadi headline di mana-mana, termasuk harian Kompas,” katanya.

Keteguhan hatinya berbuah manis. Meski belum mendapat dukungan dari pemerintah daerah, ia berhasil membesarkan JFC menjadi event berkelas internasional. Dari yang semula acara karnaval hanya berlangsung sehari, kini menjadi empat hari. Bahkan, pada Agustus tahun ini, JFC akan berlangsung selama lima hari.

President Jember Fashion Carnaval, Dynand Fariz

President Jember Fashion Carnaval, Dynand Fariz

Inilah yang membuka mata Pemerintah Kabupaten Jember. Dukungan dana pun mengalir karena sang bupati mengakui besarnya dampak JFC bagi kemajuan perekonomian daerah. Semakin banyak swasta masuk untuk berinvestasi. “Aston Hotel akan didirikan di Jember. Grup Lippo sedang membangun sebuah hotel bintang lima. Bahkan rumah sakit Siloam juga akan didirikan di Jember,” kata Dynand.

Animo masyarakat, wisatawan lokal maupun mancanegara, termasuk media dan fotografer internasional memang luar biasa. Bahkan, seperti diucapkan Bupati Jember, gelaran JFC sukses menaikkan pendapatan asli daerah (PAD) dari semula hanya Rp49 miliar pada saat pertama kali digelar tahun 2001, menjadi Rp500 miliar pada tahun 2014 lalu.

“Kenaikannya 10 kali lipat lebih. Saya bangga itu disampaikan Bupati Jember. Bayangkan saja, dalam setahun, Pak Bupati bisa meresmikan satu-dua hotel di Jember yang biasanya lima tahun sekali juga belum tentu ada,” katanya.

Dari yang semula hanya untuk acara keluarga yang digelar di hotel, JFC kemudian berkembang menjadi parade jalanan. Tahun lalu, tema karnaval adalah Triangle yang maknanya mengangkat hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Tema itu dipecah menjadi beberapa subtema, salah satunya Mahabarata.

Pada tahun lalu, Dynand yang juga perancang busana nasional, memamerkan beberapa karyanya di ajang internasional. Salah satu karyanya yang terkenal adalah saat merancang busana bertema Borobudur yang digunakan Putri Indonesia 2014, Elvira Devinamira, di ajang Miss Universe. Kostum tersebut sukses masuk daftar lima busana nasional terbaik di ajang tersebut.

“Tahun lalu ada 1.350 peserta karnaval. Tiap tahun, pesertanya memang bertambah. Tapi, mereka harus melewati syarat-syarat yagn ketat. Salah satunya adalah menampilkan busana dengan tema-tema baru dan menarik. Kami juga mengutamakan peserta lokal ketimbang internasional,” katanya. (Herning Banirestu)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved