Marketing

Wangi Bisnis Parfum Customized Alien Objects

Wangi Bisnis Parfum Customized Alien Objects
Lucky Heng, founder Alien Objects (Photo : Instagram/@mrluckyheng).
Lucky Heng, founder Alien Objects (Photo : Instagram/@mrluckyheng).

Meski tidak berencana mengembangkan bisnis parfum, Lucky Heng sukses membangun Alien Objects sejak 2019. Merek parfum ini pun mulai mencuat di pasaran setelah Lucky membuat parfum khusus untuk suvenir pernikahan aktris Jessica Iskandar pada 2021. Kini, meski parfum ini belum resmi dipasarkan di luar negeri, namun cukup banyak pelanggan dari luar negeri yang membelinya saat mereka sedang ke Indonesia atau nitip dibawa oleh teman mereka yang sedang di Indonesia.

Hingga saat ini, sudah ada lebih dari 20 varian yang diluncurkan Alien Objects. Semua parfumnya mempunyai dua ukuran, yaitu 10 ml (travel size) dan 50 ml (full size). Secara umum, harganya Rp 200 ribu hingga Rp 2,4 juta. Sementara harga bespoke service dimulai dari Rp 8 juta. Bespoke service merupakan parfum customized sesuai dengan keinginan pelanggan dan hanya dibuat secara khusus untuk pemesan.

“Selain berkomitmen terhadap kualitas, saya selalu berusaha membuat parfum-parfum yang unik, yang belum pernah ada di pasaran, baik lokal maupun global,” kata Lucky. Alien Objects pun selalu membuat parfum seasonal yang dijual dalam jumlah terbatas. Seasonal items ataupun limited edition biasanya diluncurkan karena beberapa faktor, seperti kelangkaan bahan yang tersedia, market demand, hingga hal-hal yang bersifat kontrak. Umpamanya, ada ketentuan durasi kerjasama dengan merek bersangkutan.

Namun, alasan utamanya adalah market demand. Contohnya, ketupat bisa saja dijual sepanjang tahun kalau memang ada permintaannya. “Ini bukan strategi, tetapi karena faktor kebutuhan market, baik limited maupun tidak. Apabila demand-nya memang ada, pastinya kami akan supply sebisa mungkin,” kata Lucky sambil menambahkan, semua produknya masih dibuat dengan tangan dan diproduksi sendiri dalam jumlah kecil.

Alien Objects mempunyai beberapa kanal penjualan, mulai dari Instagram dan WhatsApp untuk penjualan langsung hingga marketplace seperti Tokopedia dan Shopee, serta peritel. “Untuk strategi, sebenarnya saya tidak pernah memikirkannya. Prinsip saya hanya komitmen pada produk, kualitas, dan service. Sisanya akan mengikuti sendiri,” Lucky menandaskan.

Sebelumnya, nama Lucky Heng memang sudah dikenal di kalangan komunitas parfum Indonesia. “Saya memulai Alien Objects hanya bermodal sebuah passion. Parfum sudah merupakan hobi saya sejak kecil dan baru saya sadari, bahkan sudah lebih dari setengah umur saya,” katanya.

Ketika memulai Alien Objects, ia juga tidak pernah melakukan survei pasar ataupun kalkulasi potensi bisnis. “Semuanya murni dijalankan dari hati dan berkembang secara organik,” ujarnya.

Prinsip saya hanya komitmen pada produk, kualitas, dan service.

Lucky Heng, founder Alien Objects

Bahkan, nama Alien Objects sebenarnya juga muncul secara spontan. Kala itu, Lucky berencana pindah ke luar negeri, ke Inggris atau Prancis. Hal ini setelah dirinya, yang sebelumnya berprofesi sebagai arsitek dan musisi, menjalankan startup di bidang teknologi tapi tidak berjalan lancar.

Sebelum pindah, ia pun harus menjual barang-barang pribadinya, seperti baju, sepatu, hingga lukisan, termasuk parfum yang ia koleksi sejak 22 tahun lalu. Lantas, ia pun membuat sebuah akun Instagram bernama @alienperfumestore. Namun, karena barang yang dijual tidak hanya parfum, tidak lama kemudian ia mengganti namanya menjadi @alienobjects.

Suatu hari ada orang yang ingin membeli parfum Dior J’adore miliknya. Kebetulan saat itu ia sedang membereskan lemari dan menemukan bahan-bahan parfum yang sudah lama tersimpan di lemari tersebut. “Lantas saya pun bereksperimen membuat parfum untuk menghabiskan bahan-bahan tersebut. Saat packing Dior J’adore, saya selipkan sebuah vial yang isinya parfum yang saya buat sebagai bonusnya,” ungkapnya.

Tak disangka, beberapa hari kemudian, sang pembeli tersebut menghubunginya lagi dan ia mengaku lebih suka dengan isi vial tersebut dibandingkan J’adore yang dia beli. “Lantas, dia bertanya apakah bisa untuk dibuatkan versi botol besarnya. Saat itu, saya tidak berpikir panjang dan langsung menjawab ‘Iya, boleh.’ Itulah awal terbentuknya Alien Objects dan saya tidak pernah mengganti nama akun Instagram itu lagi,” Lucky menceritakan.

Saat ini, ia punya mimpi membawa Alien Objects ke arah yang lebih global dengan mempunyai tim yang lebih besar, dan mulai mempunyai strategi yang lebih terstruktur. Hal itu ia akui sebagai keterbatasannya saat ini.

“Untuk visi, saya hanya berharap passion saya terhadap ‘arti sebuah parfum’ tidaklah memudar. Ini adalah satu-satunya ingredient dan kunci yang selalu saya bawa di dalam setiap kreasi saya, di dalam setiap langkah, dan juga setiap keputusan ke depannya untuk Alien Objects,” ungkapnya. (*)

Dede Suryadi dan Anastasia AS

Riset: Fitriana Era Madani


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved