Technology Strategy Trends zkumparan

Arief Yahya: Transformasi Digital Membawa ke Potential Winner

Arief Yahya, Anggota Jakarta CMO Club. (dok. SWA)

Mantan Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia Tbk sekaligus mantan Menteri Pariwisata, Arief Yahya menilai bahwa transformasi digital sudah menjadi keniscayaan bagi sektor telekomunikasi, khususnya agar bisa bertahan saat krisis Covid-19 dan mempersiapkan recovery. Hal inilah yang disampaikannya dalam Industry Roundtable Telecommunications Services Industry Perspective yang diselenggarakan MarkPlus pada aplikasi Zoom, (21/4/2020).

Ada tiga upaya yang harus dilakukan dari sekarang. Apapun yang terjadi, baik ada atau pun tidak ada peristiwa pandemi Covid-19, perusahaan khususnya di sektor telekomunikasi perlu melakukan digital imperative dalam melakukan transformasi mendasar pada bisnisnya. Kedua, perlu melakukan decoding ekonomi yang terkait dengan Covid-19 dengan memetakan industri yang memiliki potensi tumbuh. Dan ketiga adalah transformasi digital dengan cara-cara yang tidak biasa.

Jika melihat tren disrupsi digital saat ini, ada 14 industri yang semakin lama semakin dekat dengan pusaran digital. Lima di antaranya yang paling terdampak yaitu industri media & entertainment, technology products & services, telekomunikasi, ritel, dan jasa keuangan.

Dalam segi digital imperative, tidak ada pilihan lain bagi telekomunikasi untuk melakukan transformasi besar-besaran di sisi infrastruktur dalam menunjang digital telco. Ketika ada perusahaan yang menggelar fiber optic di seluruh Indonesia, maka hal itu sudah tidak dianggap sebagai transformasi, melainkan itu suatu keniscayaan. Hal menarik yang patut diperhatikan, adalah perusahaan digital berbasis internet (Over The Top/OTT) seperti Amazon, Google, dan lainnya kini telah bertransformasi ke digital platform. Di satu sisi, perusahaan telekomunikasi seperti Telkom juga bertransformasi ke digital platform.

Kedua decoding economics atau memecahkan sandi di saat krisis akibat Covid adalah dengan memetakan industri yang terdampak lesu seperti turisme, penerbangan, dan otomotif. Sementara industri yang masih memiliki potensi tumbuh antara lain e-commerce, ICT, healthcare, food processing, dan layanan medis. Dari sini dapat dilihat sebagai penentu langkah ke depan, seperti sektor kuliner bisa bertransformasi ke sektor food processing, sebab masih berkaitan dengan core business-nya. Sementara perusahaan konstruksi juga dapat mengalihkan market-nya ke sektor yang masih aman seperti telekomunikasi. Dan contoh berikutnya adalah hotel yang bisa mengalihkan bisnisnya untuk dimanfaatkan sebagai rumah sakit.

“Saya memperkirakan IoT akan meledak ke depannya. Misalnya, sektor agrikultur bisa memanfaatkan teknologi digital IoT untuk mengakselerasi pertumbuhan. Kita harus bertransformasi ke arah potential winner, dengan tetap leveraging the core. Jangan gunakan “kendaraan” yang kecepatannya tidak kita inginkan,” jelas Arief.

Ketiga adalah transformasi digital secara unusual way. Digitisasi harus dilakukan secara merata dan seimbang di segala bidang mulai dari product & services, marketing & distribution, proses bisnis, ekosistem, dan supply chain. Jika dilakukan dengan merata, dampaknya akan berkontribusi terhadap pertumbuhan revenue. Sementara jika digitisasi tidak merata dan hanya kuat di sebagian bidang, justru akan berdampak pada penurunan pertumbuhan revenue.

Menurut Arief, pendapatan sektor telekomunikasi akan tumbuh apabila industri tersebut melakukan berbagai inovasi di luar kebiasaan. Selain itu, harus melakukan reinvestasi di tengah pandemi Covid-19. Sebab ini merupakan salah satu strategi agar pasca pandemi ini pendapatan perusahaan kembali melonjak seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Karena pasti setelah masa sulit, ekonomi akan meledak (booming).

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved