Management Strategy

Bisnis Makedonia Mengelola Makerspace

Bisnis Makedonia Mengelola Makerspace

Tren membuat barang sendiri atau yang dikenal dengan sebutan do it yourself (DIY) diakui Imanzah Nurhidayat, salah seorang founder Makedonia, tidak terlalu populer di Indonesia. Di zaman modern ini, kebanyakan orang lebih memilih untuk membeli daripada harus membuat sesuatu. Di Amerika tren DIY sudah semakin berkembang dengan hadirnya para makers, sebutan bagi orang-orang yang suka membuat sendiri berbagai barang dari peralatan high technology seperti membuat drone (pesawat kecil yang dioperasikan dengan remote control).

Makers

Tren ini ditandai dengan banyaknya makerspace, yaitu tempat berkumpulnya para makers. Di Makedonia misalnya, terdapat 3 buah 3D printers, mesin untuk membuat prakarya dari kayu , akrilik, dll. Semua mesin tersebut bisa diakes publik, mereka bisa membuat atau membetulkan barang dengan mesin yang ada namun ada persyaratannya.

Setiap pengguna harus membuat atau memperbaiki sendiri tanpa bantuan orang lain. “Kalau tidak bisa menggunakan alatnya atau belum tahu cara membuatnya, nanti bisa ikut workshop yang kami adakan setiap weekend,” ujar Imanzah.

Antusiasme masyarakat yang masih kurang disiasati dengan tema workshop yang berbeda-beda di setiap minggunya. Ia dan para founder lain telah membuat jadwal workshop selama satu tahun ke depan. Setiap workshop yang diadakan tidak dipungut biaya, mereka bahkan menyediakan berbagai bahan atau alat yang dibutuhkan peserta.

Biaya menjalankan workshop didapatkan dari para partner serta berbagai program kegiatan yang mereka jalankan. Pihaknya mencari perusahaan yang sesuai dengan visi misi mereka. Sejak awal usaha mereka didirikan 3 tahun lalu, Makedonia telah memiliki banyak partner dan funding sebut saja Kedutaan Amerika yang menjadi funding pertama mereka, lalu GE, XL, Nutrifood, Mediatrac, dll.

Para funding tersebut tidak selalu memberikan bantuan berupa uang, tetapi juga alat-alat yang bisa digunakan para makers. Seperti 3D printing yang diberikan oleh GE, beberapa waktu lalu. Mereka juga tak selalu mengandalkan para funding saja, menurutnya ada banyak hal yang dilakukan untuk memperoleh pemasukan.

Misalnya membuka konsultasi bagi perusahaan dan melakukan berbagai proyek besar maupun kecil. Tahun lalu Makedonia sukses melakukan berbagai proyek besar yang bekerja sama dengan para funding. Selain mengadakan event tahunan big data bersama Mediatrac, mereka juga sukses mengadakan acara GE Garage pertama di Asia Tenggara di Lotte Avenue Jakarta tahun lalu.

Dalam setahun mereka bisa melakukan banyak proyek baik besar maupun kecil serta konsultasi-konsultasi khusus bagi perusahaan. Dari berbagai proyek ini, Makedonia mampu memperoleh dana dari sponsor untuk mengelola makerspace mereka. Namun, bagi Imanzah, kunci keberhasilan menjalankan bisnis ini bukan dari besar dana yang diperoleh dari sponsor atau funding, melainkan bagaimana mengelola keuangan internal.

“Modal paling penting itu adalah memiliki unfair advantages, dari awal berdiri kami tidak sewa tempat, melainkan menggunakan tanah yang dihibahkan dari partner untuk dipakai sebagai makerspace,” ujarnya bangga. Selain itu saat menjalankan event atau program mereka menggunakan tenaga para makers yang tergabung di Makedonia.

Mulai dari katering, tenaga pengajar, pembicara, dll semuanya dimanfaatkan dari dalam. Dari awal pendiriannya ia mengaku para founder tak mengeluarkan uang sepeserpun untuk mendirikan makerspace atau membeli berbagai alat yang dibutuhkan. Kini mereka bahkan sudah bisa menggaji pegawai untuk bekerja di makerspace tersebut.

Dengan 500 anggota, Makedonia masih memiliki ambisi lain yaitu menguasai 21st century skill bagi para makers. Communication skiil, creative skill, thinking skill, dan collaboration skill. Menurutnya, keempat skill ini akan dibutuhkan dunia kerja di masa yang akan datang, sehingga ia berharap dengan menguasai 4 kemampuan ini, para makers bisa bersaing di dunia kerja dalam persaingan global. (EVA)


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved