CrediBook, aplikasi pembukuan digital, mencatat telah melakukan edukasi kepada 8.000 UMKM di berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu, platform juga mencatat sebanyak 45% total penggunanya berada di wilayah tier 2 dan tier 3.

Sejak diluncurkan pada tahun 2020, Credibook telah memiliki 3 layanan untuk mengembangkan ekosistem digital yakni aplikasi pembukuan digital, Credimart, serta aplikasi pengelolaan toko online Credistore. CEO & Co-founder CrediBook Gabriel Frans, menjelaskan bahwa pihaknya akan memperkuat layanan di segmen grosir melalui fitur Credimart. “Credimart menjadi salah satu inovasi yang mengalami pertumbuhan paling pesat,” kata dia.

Pasalnya, sejak Credimart diluncurkan pada September 2021 lalu, layanan ini mencatat pertumbuhan penjualan sebesar 350%. Melalui Credimart, Gabriel mengatakan, platform akan memberdayakan usaha grosir konvensional dalam proses pengadaan barang tanpa mengganggu alur rantai pasok. CrediMart tidak memotong pemasok dan tidak memiliki aset gudang seperti perusahaan grosir lainnya. “Kami justru meningkatkan kapasitas penjualan grosir konvensional.” Selain itu, target pasar juga akan diperluas menjadi multisektor.

Ada 3 cara yang dilakukan Credibook dalam mendukung pelaku grosir. Pertama, menyediakam aplikasi online ordering untuk memudahkan toko grosir menerima pesanan dan manajemen stok, serta toko online. Kedua, meluncurkan Credimart Assistant yang akan mengambil barang dari toko grosir konvensional untuk diantarkan ke peritel dalam waktu 1 x 24 jam. Ketiga, fleksibilitas pembayaran melalui metode tempo. “Opsi ini sangat digemari karena peritel tetap bisa memenuhi kebutuhan dagang sekaligus memiliki keleluasaan untuk mengelola arus kas,” kata dia melanjutkan.

Ke depan, Credimart akan memperluas kategori produk yang ditawarkan seperti mencakup bahan bangunan, alat tulis dan keperluan kantor, obat-obatan bebas, otomotif, fesyen, kriya, dan industri rumahan.

Editor : Eva Martha Rahayu

Swa.co.id