Management Strategy Trends

Dirut BNI: Konsolidasi Bank BUMN Tak Harus Merger

Dirut BNI: Konsolidasi Bank BUMN Tak Harus Merger

Wacana merger bank-bank BUMN terus bergulir. Dua bank BUMN, yakni PT Bank Mandiri Tbk dan PT Bank Negara Indonesia Tbk disebut-sebut paling cocok untuk digabung karena memiliki karakteristik bisnis serupa. Namun, Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyatakan, konsolidasi perbankan tak harus merger. Sinergi antarbank, misalnya saja, kerjasama pembiayaan infrastruktur dan lainnya seperti pemasaran kartu kredit, sharing mesin ATM juga merupakan salah satu bentuk konsolidasi bank BUMN. “Ada banyak jalan. Konsolidasi itu bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis dan juga meningkatkan efisiensi,” katanya.

Saat ini, lanjut dia, itu adalah pilihan terbaik mengingat proses merger memakan waktu lama karena harus menyamakan kultur antara satu bank dengan bank lainnya. Proses itu juga membutuhkan kajian yang sangat panjang. Konsolidasi yang tujuannya untuk memperbesar value atau size juga bisa dilakukan dengan meningkatkan kerjasama antara sesama bank pelat merah. “Saat ini, sudah banyak peluang bisnis yang harus segera diambil. Daripada kami kehilangan waktu untuk melakukan hal seperti itu (merger, red), pendapat saya pribadi, saya lebih memilih konsolidasi melalui kerjasama-kerjasama bisnis,” ujarnya.

Direktur Utama Bank Negara Indonesia Tbk Achmad Baiquni

Direktur Utama Bank Negara Indonesia Tbk Achmad Baiquni

Menurut Baiquni, contoh kerjasama paling dekat saat ini adalah pembiayaan infrastruktur. Pemerintah tengah membutuhkan banyak dana untuk membiayai sederet proyek besar. Bank akan kesulitan jika harus menanggung pembiayaan sendirian karena sangat berisiko. Dengan pola kerjasama sindikasi pembiayaan dari beberapa bank, risiko bisa dikurangi. “Kami akan merangkul semuanya, lintas sektor. Misalnya, untuk kerjasama di sektor kemaritiman, kami bekerjasama dengan Jamkrindo. Ada juga kerjasama dengan PLN (dalam bentuk hedging utang dalam valuta asing),” katanya.

Indonesia membutuhkan bank besar untuk membendung agresivitas bank-bank asing, bank campuran, dan juga swasta nasional yang dimiliki asing dalam melahap pasar di Tanah Air. Penetrasi bank asing di Indonesia telah menempatkan posisi total bank asing terbesar dalam penyaluran kredit dan penghimpunan dana. Market share bank asing terus meningkat signifikan. Pangsa pasar kelompok bank BUMN memang masih mendominasi, namun turun signifikan dibanding tahun 1999. Berdasarkan data Bloomberg, market share bank BUMN dari sisi aset hingga Desember 2013 turun menjadi 36,7 persen, dari 49,4 persen pada tahun 1999.

Sementara, aset bank asing, joint venture maupun bank umum swasta nasional yang dimiliki asing menjadi 36,5 persen pada Juni tahun 2013, dari 11,6 persen pada tahun 1999. Dari sisi penyaluran kredit, pangsa pasar bank BUMN turun menjadi 36,6 persen pada Juni 2013 dari 53,2 persen pada tahun 1999. Sementara, kredit bank asing, joint venture maupun bank umum swasta nasional yang dimiliki asing menjadi 35,1 persen pada Juni tahun 2013, dari 20,3 persen pada tahun 1999. Bank asing juga sangat agresif. Penetrasi kantor cabang bank asing mencapai 43,4 persen dari total 17.326 cabang bank di Indonesia atau sebesar 7.522 cabang.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved