Strategy

BI: Fundamental Ekonomi RI Bagus, Dana Asing Melimpah

BI: Fundamental Ekonomi RI Bagus, Dana Asing Melimpah

Bank Indonesia menyatakan kondisi fundamental ekonomi Indonesia terjaga baik. Kondisi ekonomi yang bagus ini juga mendapat perhatian dari investor asing. Hingga Februari, dana asing yang masuk ke pasar saham dan pasar obligasi mencapai Rp 53 triliun, meningkat tajam dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 30 triliun.

“Tahun lalu, saat banyak negara kesulitan menerima masukan dana (asing), Indonesia sudah dapat Rp140 triliun. Asing tidak mungkin masuk jika tidak yakin dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia,” ujar Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat (27/2)).

Meski begitu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih melemah. Menurut Agus, tren penguatan mata uang Negeri Paman Sam terhadap mata uang lain masih berlanjut. Namun, depresiasi rupiah tidak setajam mata uang Korea, Jepang, dan lainnya.

“Secara umum di dunia, trennya memang seperti itu. Kita harus siap dengan kondisi itu. Kalau Rupiah pernah menguat sampai Rp12.700, kita mesti siap ke depan akan terdepresiasi,” katanya.

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo (IST)

Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo (IST)

Bank Sentral berjanji akan terus berada di pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi. Rupiah yang melemah memang akan bisa meningkatkan kinerja ekspor. Namun, jika pelemahan terlalu dalam bakal merugikan pengusaha karena impor bahan baku menjadi semakin mahal.

“Fluktuasi rupiah ini harus dijaga. Tren yang sudah bagus di akhir tahun 2014, seperti perbaikan transaksi berjalan, peningkatan kinerja ekspor untuk bisa punya daya saing. Di tahun 2015, kita harapkan defisit transaksi berjalan ada di kisaran 3%,” katanya.

Menurut dia, pelemahan rupiah sebagian juga didorong kenaikan kebutuhkan banyak perusahaan di Tanah Air menjelang akhir bulan. Sebagian besar, para pengusaha mengimpor bahan baku di akhir bulan untuk menjaga keberlangsungan produksi selama sebulan ke depan. “Ada pembelian domestik yang cukup besar. Artinya, kebutuhan untuk valuta asing naik. Itu bisa memengaruhi nilai tukar,” katanya.

Selain itu, perbaikan ekonomi Amerika Serikat juga turut memengaruhi stabilitas nilai tukar mata uang di seluruh dunia. Bank Sentral AS sendiri masih menunggu dan belum akan melakukan penyesuaian tingkat suku bunganya meski inflasi inti di negeri adidaya itu mulai meningkat.

“Kalau inflasi naik, sampai di batas tertentu, itu kondisi yang akan melengkapi kebijakan Bank Sentral AS untuk menaikkan suku bunga,” ujarnya.

Saat ini, suku bunga The Fed berada pada posisi paling terendah yakni 0-0,25%. Rencananya Bank Sentral AS menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) atau rapat dewan gubernur pada 17–18 Maret mendatang.


© 2023-2024 SWA Media Inc.

All Right Reserved